Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Ahok, Deparpolisasi, dan Kecelakaan Politik

13 Maret 2016   07:03 Diperbarui: 13 Maret 2016   15:32 2164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi - berkoar-koar merendahkan lawan politik (Kompas)"][/caption]Politik sebagai sebuah seni, tentunya membutuhkan etika dalam mengelolanya. Etika yang dilepaskan dari cara-cara mendapatkan kekuasaan akan menghasilkan sebuah kuasa tiran, perilaku busuk politikus, dan tentunya bandit-bandit demokrasi yang hanya mengeruk kekayaan di dalam kekuasaannya.

Fenomena menarik bagi bangsa Indonesia yang tengah mengalami perkembangan perpolitikan di mana sekian puluh tahun dalam cengkeraman tiran, euforia, coba-coba, kebanggaan, dan sukacita yang berlebih membuat banyak kelucuan kadang kenaifan tersendiri. Pilpres usai, kini datang cerita dari DKI-1. Kisah yang berkutat akan kelemahan parpol menghasilkan kader terbaik berhadapan dengan tokoh yang berani melawan arus.

Namanya belajar tidak jarang orang akan jatuh dan bangun. Beberapa tokoh yang mengalami jatuh atau kecelakaan politik:

1. Jusuf Kalla: Negara ini akan hancur jika dipimpin Jokowi

Sekarang pendamping utama orang yang pernah ia katakan sebagai orang yang akan membawa kepada kehancuran bangsa ini. Media makin berani dan terbuka termasuk mengingatkan orang nomor dua ini akan pernyataannya kala itu, dan akhirnya cuma senyum-senyum untuk menjawab pertanyaan yang sungguh susah untuk dijawabnya itu.

2. Puan: Petugas partai

Pilpres usai dan tarik-menarik kepentingan terjadi. Tidak heran sang menko perempuan ini mengeluarkan pernyataan yang mendapatkan balasan hujatan yang tidak sedikit. Hendak menyatakan bahwa parpol yang membawa kepada kursi kekuasaan itu adalah kader yang bisa juga dimaknai sebagai petugas partai. Jelas saja menjadi tertawaan karena kesayangan masyarakat direndahkan oleh petinggi partai yang memang sedang tidak disukai karena pola pendekatannya.

3. Edi Prasetio: Deparpolisasi

Reaksi spontan akan pilihan jalur independen gubernur bertahan. Tidak lama mendapatkan balasan yang setimpal dari koleganya sendiri yang menyatakan bahwa itu hanya pernyataan pribadi, bukan pernyataan parpol. Dengan demikian, apa yang dikatakan itu hanya milik ketua dewan, dan partai tidak pernah menilai yang sama.

***

Kecelakaan demi kecelakaan politik hal yang wajar, reaksi publik yang sangat menentukan. Bagaimana Demokrat hingga kini masih merasakan getirnya “Katakan Tidak” karena kecelakaan yang fatal. Baru saja iklan-iklan membanjir dengan slogan mereka, satu per satu para bintangnya masuk bui disebabkan maling uang negara hingga ketum, bendum, dan para kadernya di kabinet masuk antrean KPK.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun