Ahok dan Risma Berhadapan dengan “Ibu Tiri yang Jahat”
Artikel edisi lanjutan yang kemarin soal Perbedaan Risma dan Ahok sebagaimana http://www.kompasiana.com/paulodenoven/perbedaan-antara-risma-dan-ahok_57a916671093730123d63daa kali ini akan disajikan persamaan keduanya.
Persamaan pertama, sama-sama tidak dikehendaki oleh parpol. Entah mengapa parpol tidak menghendaki mereka, padahal sangat populer, jaminan menang, tapi enggan mendukung. Pengalaman pilwakot Surabaya, kalau tidak punya lawan mengapa tidak mendukung? Berarti kaan enggan mendukung. Kali ini Ahok juga mengalami, ada tiga parpol yang mendukung, belum sebandingkan dengan tujuh yang bergerombol di kubu seberang. Ahok dengan dalih kasar, arogan, mau menang sendiri, lha Risma ngapa jal?
Persamaan kedua, parpol merasa gerah, enggan, dan khawatir karena mereka bukan kader asli yang selalu mau memakai jas partai. Ini memberikan gambaran parpol yang masih bocah,bagaimana parpol yang sudah matang tidak lagi peduli asalnya, pemenang dan pemimpin milik bersama, tidak harus pakai bendera partai lagi. Mereka mengajari induknya untuk dewasa.
Persamaan ketiga,mereka berdua birokratyang telah bekerja keras di tempat masing-masing. Mereka berdua menunjukkan perkembangan dan perubahan yang bisa dilihat dengan mata telanjang, seolah selama ini tidak ada pimpinannya.
Persamaan keempat, keras, tegas, dan komituntuk membangun daerah yang dipercayakan kepadanya. Mereka telah bekerja sesuai dengan karakter masing-masing. Soal cara itu tergantung karakter mereka dan itu bukan yang esensial.
Persamaan kelima, angka keterpilihan tinggi,tidak ada yang bisa menyangkal mereka raja dan ratu survey di mana mereka memimpin, di Jakarta dan Surabaya. Keterpilihan yang tinggi oleh rakyat yang tidak berbanding lurus dengan parpol.
Persamaan keenam,lebih disukai rakyat, bukan politikus.Suka atau tidak, rela atau berat hati, mereka berdua sangat dicintai rakyat masing-masing. Persoalan berbeda hanya karena politikusnya yang bebal dan cari kuasa bukan soal kemajuan daerah.
Persamaan ketujuh,sama-sama dekat Megawati.Ha..ha...ini ada yang sensi dan tidak suka, yang jelas bahwa mereka berdua memang dekat dengan ketum PDI-P. Soal kata lain oleh elit masalah yang berbeda tentunya.
Persamaan kedelapan, pemimpin berprestasi.Rakyat menyukai karena kinerjanya, bukan karena yang lainnya. Buktinya bisa dilihat dan disaksikan dengan mata telanjang.
Persamaan kesembilan, pemimpin muda.Keduanya masih muda dan menjadi harapan besar bagi negara ke depan, di tempat masing-masing dengan prestasi yang layak naik ke level yang lebih tinggi.