Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Agen Perubahan dan Provokator, Belajar dari Sukarno hingga Ahok

13 September 2016   16:07 Diperbarui: 13 September 2016   23:50 948
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ingat kisah rekan yang menceritakan seorang murid yang berteriak, atau membentak di sebuah bus kota yang padat. Anak ini cewek, kecil, pendek, dan kalau dijemput ayahnya dengan motor pun duduk di depan, karena belakang ada kotak, nyaman saja, padahal waktu itu, ia kelas sembilan atau tiga sekolah menengah pertama. Siswi ini crewetnya minta ampun, tapi soal kepemimpinan dan keberanian tidak ada duanya. Bus penuh sesak, penyakit masyarakat kita itu berjubel di pintu, dan bahkan tidak peduli dengan yang lain. Melihat itu rekan saya, ibu-ibu, diam, dan pas dengar si murid teriak, ia kaget, kagum, apalagi ketika semua mata tertuju pada anak ini dan label sekolah yang ia kenakan.

Agen perubahan, dan sikap pertama

Mengapa banyak orang berharap dan yakin dengan Pak Jokowi dan Ahok? Sikap yang berbeda, menghentak, dan melakukan langkah pertama. Kita tentu ingat bagaimana Pak Jokowi waktu itu membuat kepemimpinan tidak berjarak, berhadapan dengan pak SBY yang terkesan ningrat, serba teratur, dan itu mau tidak mau membuat jarak. Rakyat dan pemimpin yang berjarak, telah lama menjadi pola dan perilaku yang sudah membosankan pada rakyat.

Ahok, dengan kata-kata lugas dan ada yang menamainya kasar, toh masih juga dicari, didukung, dan yakin bahwa mereka sebenarnya respek, cuma karena kepentingalah yang membuat pengakuan yang berbeda. Sikap yang sama juga bisa disaksikan di sosok Bu Susi P, Pak Rizal Ramli, dan dulu Pak Dahlan Iskan yang bekerja cak cek,cepat, pokoknya selesai, ada pula dalam diri Pak Budi Waseso. Nyatanya dukungan, sorak sorai, dan  itu semua meniarapkan suara sumbang yang tidak suka dengan itu.

Masa lalu, Pak Amien Rais mendapatkan porsi yang identik, mahasiswa dan kaum muda era itu, yakin, percaya, bahwa bisa membawa perubahan. Ada pula Gus Dur almarhum yang menenteramkan dengan model humanismenya. Mengapa kecenderungan orang suka akan perubahan dan ide yang dibawa oleh sang pengubah ini?  Sepanjang sejarah hidup akan diwarnai model demikian.

Era perjuangan banyak orang hebat, ada Sukarno, Hatta, Sjahrir, dan banyak lagi, mengapa Sukarno paling tenar dan moncer? Ia memberikan gambaran berbeda dari dunia sekitarnya. Ketakutan itu diatasi Sukarno. Jiwa inlander bisa disiasati dalam diri Sukarno yang gagah berani. Tanpa merendahkan yang lain, namun Sukarno sosok yang berbeda dan lain daripada yang lain.

Pertama, karena itu adalah alter ego kita. Gambaran pribadi lain kita yang kita idamkan. Ketakutan, kecemasan, atau tidak tahu mau berbuat apa, bersikap seperti apa, itu dilecutkan pihak lain dan kita baru sadar, oh ini yang selama ini harus dilakukan.

Kedua, bebas kepentingan, kita akan bebas jika ada apa-apa, tidak perlu menanggung risiko, maka kita bisa mendukung karena tidak akan menanggung konsekuensi tidak enak, namun kalau enaknya jelas saja memperolehnya.

Ketiga, ada kebersamaan, komunal, dan aksi solidaritas bersama. Keyakinan yang dipendam sendiri ternyata mendapatkan ruang, bahwa orang lain juga bersikap yang sama. Tidak heran jika menyaksikan motivator kita seolah terhisap, karena mereka sudah melangkah satu langkah di depan. Padahal itu juga pengalaman kita, cuma karena kita tidak menyadari dan memberikan waktu untuk menyelaminya.

Keempat, kita tidak sadar akan potensi kita, dan mendapatkan momentum kala ada yang sudah memulai. Perlu adanya pemicu dan itu menjadi penyemangat dan kekuatan kita untuk melakukannya.

Apakah salah hanya mengikuti bukan menjadi pemicu atau “provokator”? Sejatinya tidak. Tidak semua pribadi diciptakan sebagai pemimpin, tidak semua dianugerahi keberanian, dan tidak banyak yang memperoleh berkat untuk mengambil keputusan yang cepat, cermat, dan tepat. Hanya itu yang membedakan kita dan yang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun