Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ada Apa dengan PSK Megatarif Ini?

12 Mei 2015   20:49 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:07 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Beberapa hari media gencar memberitakan mengenai megatarif bagi PSK elit, yang menurut pernyataan Polri bertarif antara jutaan hingga ratusan juta. Analis demi analisi membuat lucu dan aneh. Ada yang menyangsikan kemampuan finalsial para artis yang memiliki harta melimpah dengan profil dan bisnis yang diakui, ada pula yang meragukan bea sewa yang sangat fantastis, dibandigkan dengan pelaku PSK luar yang  jauh lebih “murah”, ada yang mengaitkannya dengan koruptor, ada yang menghubungkannya dengan anggota dewan. Memang uang mereka yang tidak berseri yang mampu menyewa mereka dalam hitungan jam dengan uang sebegitu.

Polsi bersikukuh untuk “menyembunyikan” si tokoh utama AA, yang hingga hari ini belum ada titik terang sama sekali. Aneh, se aneh Rani yang  dipakai untuk menjatuhkan Pak Antazari. Di mana mereka ini?

Ada beberapa hal yang terlupa dan terpantau dari pantauan wartawan, termasuk media amatir di Kompasianan. Bagaimana kelanjutan kasus model yang  terjun di Medan. Peristiwa KPK-Polri seolah kabur karena kabar ini. Pengamatan yang begitu gencar langsung teralihkan. Wacana TNI masuk KPK, sama sekali tidak disentuh, luar biasa lho pengaruhnya. Setingkat Pak Jusuf K saja mengaku pernah ditawari PSK. Lha memang sales ini sudah segila itu, hingga menawari ketua dewan masjid, pemimpin, dan kepala keluarga baik-baik untuk sejenak melepas lelah dengan berbuat “serendah itu?”

Wakil ketua DPR –pun berkomentar, hal yang sangat aneh dan luar biasa berarti, padahal semua tahu bahwa hal itu sangat wajar dan biasa, berabad lalu ada, bahkan Pangeran-Pangeran di dunia sangat biasa dengan kehidupan itu. Mengapa sekarang?

Lucu lagi adalah, “penjualnya” disimpan erat-erat dengan dalih sebagai saksi, sedangkan “sales”-nya dikerjain habis-habisan, media, polisi mengeluarkan pernyataan dan pemberitaan berseri setiap harinya. “Pembeli”-nya juga sama sekali tidak tersentuh. Padahal, antara penjual, sales, dan pembeli satu rangkaian dalam rantau jual beli yang tidak bisa diputus atau ditimpakan pada satu pihak.

Sales ini mengaku tidak memaksakan, berarti dia tidak melanggar perdagangan manusia. Demikian juga pekerjanya memang maaf menjual diri secara sadar. Mendengar “mahal”-nya harga yang dikeluarkan, tentu hanya kalangan terbatas. Sangat-sangat terbatas orang yang bisa mengeluarkan uang segitu, terbatas lagi yang suka main perempuan, makin terbatas lagi yang bisa ditawari oleh sales itu. Polisi memang mau kerja keras dan cerdas, bukan berkutat pada prosedur dan KPK saja, ini tonggak membongkar banyak skandal. Uang dari mana dihambur-hamburkan bagi kesenangan sesaat.

Keluarga-keluarga terbantu bahwa suami, anak, atau kerabat mereka ternyata berperilaku buruk dengan main perempuan seperti itu. Penghormatan kepada perempuan   sehingga tahu dengan persis siapa yang di hadapi, tidak menatap curiga kalau menyaksikan berita, film, atau majalah, atau media lainnya. Kasihan sekali artis baik-baik yang mati-matian berjuang harus dikotori seperti ini. Istri-istri baik-baik harus memeluk suami yang telah menyia-nyiakan uang demi kesenangan sendiri, sedangkan bisa digunakan untuk membangun kesejahteraan keluarga yang jauh lebih bermanfaat. Anak-anak kagum pada bapak yang sama sekali tidak ingat mereka karena uang jajan mereka dipakai untuk jajan sendiri.

Agar ini berguna bagi bangsa, bukan hanya dipakai untuk maksud tertentu namun dipakai untuk memperbaiki bangsa secara keseluruhan. Buka siapa saja yang terlibat, sehingga semua tidak saling curiga dan bertanya-tanya.

Salam Damai.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun