Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

STY, Liga 1, dan Nasionalisme

17 Juni 2024   18:43 Diperbarui: 17 Juni 2024   18:52 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

STY, Liga 1, dan Nasionalisme

Menarik apa yang dilakukan netizen, penggemar bola, ataupun mantan pemain bola, juga pengamat sepak bola. Mereka pro dan kontra dengan cara STY, juga PSSI di sana yang mengejar prestasi dengan pemain keturunan. Pihak yang kontra mengatakan mana muka Indonesia di timnas kali ini?

Mereka lupa, bagaimana muka "lokal" yang sering babak belur di hadapan tim-tim Asia Tenggara itu. Apakah mereka lupa bahwa pernah dicukur 10-0 lawan tim Asia Tengah? Tidak mungkin mereka lupa. Masalah itu ada di liga, bukan mengenai siapa yang bermain. Jangan lupakan itu.

Jika bicara muka atau kasarannya lokal, toh liga kita juga dihuni pemain asing. Jangan naif dan mengejar prestasi instan hanya karena rupa lokal.  Persoalan liga bukan hanya jumlah pemain asing, namun permainan sepak bola dasar saja mereka belum pener banget. Bagus dikit langsung jadi bintang iklan, pacaran dengan artis, kemudian mangkrak prestasinya. Sirna bakat bagus itu.

Belum lagi media yang mencari keuntungan dari sana. Begitu banyak pihak yang ikut nimbrung dan membuat   hilang bakat-bakat keren itu. Ingat era U-19-nya Evan Dimas dkk. Mereka digdaya di regional, kemudian hilang bak ditelan bumi di level Asia.

STY pernah mengatakan, bahwa pemain liga Indonesia cara menendang, mengoper, dan bersikap sebagai pemain bola masih jauh dari harapan. Nah, apa model begini yang diharapkan mendapatkan piala, sekadar AFF saja? Kini, berjuang di level Asia dan membicarakan lolos piala dunia saja berani.

Kapan mereka yang kontra ini meributkan ketika menghadapai Laos saja sudah ketar-ketir, apalagi Malaysia, Thailand, dan Vietnam. Kini, melawan Vietnam di kandang lawan saja bisa melibasnya. Mereka hanya melihat soal yang tidak esensial, wong fakta kemenangan itu sebuah bukti ini capaian. Jangan ribet mau piala langsung, semifinal AFC U-23 itu sudah    bagus. Muluk-muluk jika bicara lebih jauh, juara misalnya.

Keberadaan tim Jepang, Arab Saudi, Korsel, Iraq, atau Iran jauh di depan. Jangan omong mau mengejar atau melampaui mereka tapi berpikirnya masih cetek.

Rupa lokal

Aneh sih omongan ini, Mbape apa rupane orang Perancis? Atau Ozil emang tampang Jerman, mereka berkali-kali juara Piala Dunia lho. Omong kosong bicara prestasi tapi masih meribetkan soal tampang. Italia saja ada naturalisasi, kog sok-sokan mau pribumi, level AFF saja ngos-ngosan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun