Keempat, tidak juga perlu pekik merdeka, keadaan sudah merdeka, semangat masih menggelora juga. Kecuali  kegiatan partai yang memang berkaitan hal demikian. Menyemangati yang loyo, merasa kalah, dan belum memperoleh panggung atau kursi kekuasaan.
Kelima,terlalu banyak salam agama dan penggunaannya yang tidak tepat. Sudah saatnya mengembalikan semua hal pada ranahnya masing-masing. Apalagi acara akademik dan ilmiah. Â Semua ada porsi dan tempatnya.
Jangan sampai salam agama malah dipakai untuk menutupi kelemahan dan kekurangan, contoh berpanjang-panjang salam agama  pas inti pembicaraan zonk alias kosong dan malah membual. Tanpa makna sama sekali.
Keenam, salam agama dengan begitu mudah menguar dan dinyatakan, namun perilakunya jauh dari tuntunan agama. Lihat saja selama ini bagaimana perilaku hidup bersama dan bernegara. Â Perlu keseimbangan dan berani bersikap bahwa harus konsisten dalam ucapan dan perilaku.
Jangan katakan ini sebagai sekular atau antiagama. Sama sekali bukan, namun mampu bersikap satunya kata dan perbuatan/
Terima kasih dan salam
Susy Haryawan Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H