Piala Asia dan Sportivitas Bangsa Serumpun
Timnas Indonesia memang sudah kandas di babak gugur pada pertandingan pertama. Mereka kalah kelas dari Australia. Tim Garuda dicukur 4-0 langsung, tanpa balas. Menarik adalah, apa yang pihak Australia katakan, bagaimana mereka belajar banyak dari tim muda Indonesia.
Mereka mengatakan, bahwa peringkat FIFA sangat jomplang, namun tim asuhan Sin Tae Yong ini berani bertarung. Terbuka jual beli serangan, tidak parkir bus untuk mencari aman dan tidak banyak kebobolan. Sikap respek yang ditampilkan, menghormati lawan dengan sangat baik. Hal yang berbeda kala bangsa serumpun, Asia Tenggara yang menilai mereka jauh lebih baik, padahal hasil di lapangan jauh berbeda.
Jepang pun demikian. Mereka juga memiliki peringkat FIFA yang jauh lebih unggul. Kelas mereka sudah piala dunia. Mereka mengatakan, cemas akan berhadapan dengan tim STY, pelatih dari Korea Selatan itu membawa perubahan signifikan bagi sepak bola Indonesia, dan sejenisnya. Pujian yang tidak ada dalam konteks bangsa serumpun Melayu, terutama Vietnam yang dipecundangi Indonesia. Lha Malaysia yang berbeda grup saja bisa komentar dan membandingkan bahwa mereka seolah lebih baik dan layak di tempat Indonesia yang lolos fase grup. Vietnam.
Beberapa waktu memang mereka sudah mendominasi timnas Merah Putih, di banyak ajang dan kelompok umur. Toh respek pada lawan itu juga penting, apalagi hidup bertetangga. Beberapa komentar yang tidak patut adalah, Sebelum mulai pertandingan di grup, pemain Vietnam mengatakan, bahwa Indonesia di level Asia tidak lagi bisa berbuat curang, karena adanya perangkat VAR. Benar, perang urat syaraf itu penting, namun bahwa menekan pihak lawan dengan pujian ala Jepang dan Australia itu juga bisa.
Peringkat Vietnam tidak terlalu jomplang dibandingkan dengan Australia dan Jepang, namun seolah mereka juara dunia atau peringkat satu digit di rangking FIFA. Usai mereka pulang awal karena tidak lolos babak gugur, salah satu pemain mereka "mengancam" akan balas dendam kepada Timnas Garuda pada gelaran berikutnya. Misi balas dendam sudah dikobarkan untuk pertandingan mendatang. Faktanya mereka memang kalah dan tidak bisa lanjut, mengapa harus ada balas dendam di waktu kemudian. Lucu saja sih.
Malaysia
Aneh dan lucu lagi negeri jiran yang satu ini. Kemampuannya 11 12 lah dengan tim Garuda. Tidak terlalu jauh peringat dan juga prestasinya. Saling mengalahkan, mereka masih di bawah Thailand dan Vietnam jika bicara Asia Tenggara. Jika bicara Asia mereka beda kelas dengan Jepang atau Australia. Tim Malaysia juga tidak lolos dari babak gugur sebagaimana Vietnam. Namun suara mereka lebih garang seolah salah satu tim di empat besar. Mereka mengatakan, yang mengalahkan Indonesia tidak ada yang lolos ke semifinal, beda dengan yang mengalahkan mereka.
Merasa setara dengan Korea Selatan, karena mereka bermain draw di babak penyisihan. Padahal itu adalah bagian strategi Korsel yang berniat hemat energi. Mosok hal sepele seperti itu tidak paham?
 Padahal tidak bisa diperbandingkan begitu saja masing-masing grup. Ada dinamika yang tidak bisa dipersamakan begitu saja. Lucu saja untuk membesarkan diri namun dengan merendahkan tetangga. Apa yang bisa dipelajari dari sikap negara-negara "maju" sebagaimana Jepang dan Australia dan negara yang masih pada tataran setengah tiang itu?