Berebut Gibran
Pilpres makin dekat. Manufer, lirak-lirik makin kenceng di antara elit. Saling kunjung atas nama apapun dilakukan satu sama lain. Selama ini seolah seteru, kini bisa saling sapa, photo bareng, dan saling silaturahmi katanya.
Pun jangan lupa, ada yang saling tekan, sindir, dan ancam-mengancam terjadi. semua bermuara pada keinginan menjadi RI-1 dan RI-2 tentu saja. Masih cukup panas, belum sepenuhnya panas, masing-masing masih saling intai dan menunggu. Momentum terbaik untuk bisa membuat kubu rival kaget dan tidak mampu memberikan serangan balik yang sepadan.
Beberapa kelompok yang akan menjadi koalisi masing saling tunggu, intai mana yang terbaik, sehingga belum ada satu pun bakal capres yang sudah benar-benar memiliki kepastian. Sedikit lebih untung ada di Ganjar Pranowo yang diusung PDI-Perjuangan, sudah memperoleh dukungan dari tiga partai politik lain. Baik partai  parlemen ataupun bukan.
Prabowo sebagai pemilik Gerindra juga masih belum cukup yakin, ada PKB yang sudah sekian lama ngebet untuk mengutus ketumnya Muhaimin Iskandar untuk menjadi pendamping. Toh Prabowo pasti masih berhitung, bahwa keberadaan Cak Imin bertransformasi menjadi Gus Muhaimin itu belum cukup aman untuk ia menang, kali ini. Jelas Prabowo enggan kalah lagi.
Mirip dengan kondisi Prabowo, Anies Baswedan yang paling awal dideklarasikan itu, sampai hari ini belum juga berani mengumumkan pasangannya. Jelas apa yang mereka pikirkan itu kalkulasi keberadaan wakil dari partai atau nonpartai namun mumpuni dalam banyak segi. Lha malah lebih banyak yang menolak. Ada pasangan yang sama ngebetnya kek Cak Imin, yaitu AHY. Toh Nasdem dan  Anies Baswedan sendiri masih enggan untuk mengiyakan.
Paling menarik adalah begitu riuh rendahnya klaim dan seolah-olah mendapat dukungan, restu, dan dikawal Jokowi. Anaknya pun, Walikota  Solo, Gibran ikutan mendapatkan sorotan dan menjadi magnet.
Pertama kali jelas Prabowo yang mendekati dan membuat posisi ayah Jan Ethes itu tidak nyaman dengan partai yang menaunginya. Kala itu, pas dengan momen Lebaran, Prabowo jelas sowan dan sungkeman pada atasannya itu. Rival yang  kini jadi bosnya. Nah dalam wawancara usai kunjungan, Menhan itu mengatakan, Gibran naik terus elektabilitasnya, layak itu ikut kontestasi pilpres.
Kemarahan, kekecewaan Prabowo jelas terlihat dalam sesi wawancara dalam momen Idulfitri itu, meskipun sekuat tenaga mantan pesaing ketat Jokowi itu menahan diri dengan candaan. Toh tidak bisa menutupi kejengkelannya. Paling masuk akal adalah pengumuman Megawati sehari sebelumnya.
Dilajutkan pertemuan dengan relawan Gibran yang dibrandingkan, seolah-olah pendukung anak sulung Jokowi itu mendukung Prabowo. Berujung pemanggilan oleh DPP partai banteng moncong putih itu. Â Jelas dengan gamblang acara makan malam biasa, namun ada agenda tersendiri yang ada rancangan memang oleh pihak yang mau memperoleh keuntungan dari moncernya Gibran.