Gagas RI dan Kritik Membangun Buya Haedar Nashir
Senin malam yang lalu, menemani Kner yang mendapatkan undangan  menghadiri acara GagasRi di KompasTV. Mengantar dan akan membaca buku di lobi, idenya sih begitu, karena tidak memiliki undangan. Ternyata sama petugas penerima tamu langsung didaftar dari komunitas  Kompasiana.
Apa yang disampaikan Buya Haedar, ketua umum PP Muhamadiyah itu sebenarnya hal yang sudah sangat umum dibahas di hidup sehari-hari mau media arus utama, media sosial, ataupun percakapan harian. Â Satu yang membedakan dan mendasar, disampaikan dengan sangat tenang, halus, dan tidak ada rasa kebencian sama sekali.
Penutup yang sangat elegan ditampilkan, bahwa beliau optimis akan negeri ini. Ciri orang beriman, spritualis, bukan politikus berbalut agama. Pribadi yang jarang ada dan hidup di Indonesia sekelas elit  hari-hari ini.
Suara kenabian itu sebuah keharusan, tugas pemimpin agama, bukan untuk mencari kursi kekuasaan. Layak mendapatkan applaus dan dukungan yang besar. Â Inilah sebenarnya tokoh agama.
Tiga hal pokok yang Buya Haedar Nashir nyatakan sebagai sebuah solusi jitu mengatasi masalah negeri, pendidikan, kesehatan, dan keadilan. Â Misi yang menjawab persoalan zaman dan bangsa ini.
Bagaimana pendidikan bermutu, terjangkau, dan bisa diakses semua warga negara tanpa kecuali. Perjalanan beliau sebagai seorang ketua ormas salah satu terbesar di dunia, membawa pemahaman jauh lebih utuh dan komprehensif, bukan sekadar tangkapan dari menara gading kantor di pusat.
Masalah pendidikan yang saling sengkarut itu perlu pembenahan yang mendasar. Muhamadiyah sangat   profesional di bidang ini, tidak perlu diragukan lagi.  Berkali ulang Mumadiyah mendarmabaktikan kader terbaiknya menjadi Menteri Pendidikan.
Menangani anak-anak sebagai aset masa depan negara itu prioritas. Itu dijalani dengan sangat baik.