Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Puan Menggoda AHY

7 Juni 2023   10:55 Diperbarui: 7 Juni 2023   10:57 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puan Mengoda AHY 

Puan menyatakan, bahwa AHY masuk dalam radar PDI-Perjuangan untuk menjadi salah satu kandidat atau calon wapres dari bacapres  Ganjar Pranowo. Sangat menarik dan membuat panas  kuping dan hati dari koalisi perubahan. Puan kali ini sangat cerdas.

Partai Demokrat sendiri sedang gerah, sudah mengultimatum bahwa bulan ini sudah harus deklarasi pasangan yang akan mereka usung. Toh Anies Baswedan dan juga partai yang ada belum sepenuhnya yakin dan berani menyebutkan satu nama. Mereka pasti masih berhitung. AHY sendiri juga pasti pengin cepet jelas sehingga pasti mau melangkah seperti apa.

Padahal, di MA juga sedang terjadi persidangan PK di mana Moeldoko dan kawan-kawan mengajukan gugatan atas keberadaan kepengurusan   AHY.  Hal yang sangat pelik dan berat bagi AHY yang masih terlalu muda dan hijau menghadapi lika-liku politik yang sangat tidak mudah.

Wajar ketika Denny Indrayana membuat narasi bahwa jika kubu Moeldoko menang, pemilu ditunda, atau sudah mendapatkan bocoran apapun keputusan, baik MK ataupun MA. Maunya adalah menyasar dan mendeskreditkan pemerintah, Jokowi dalam hal ini.

Keadaan yang tidak baik-baik saja, panas dingin pastinya, melihat ketidakpastian koalisi yang sejak tahun lalu tidak juga mengristal dan menjadi jelas.  Malah cenderung stagnan. Mundur malah bisa. Lihat saja dari hasil-hasil survey selama ini.

Apa yang Puan sampaikan itu sangat logis, permainan politis yang biasa banget. Apakah biasa juga dalam konteks koalisi? Jelas tidak dong. Makin membuat pening kebersamaan dengan PKS dan juga Nasdem.

Mengapa?

Jelas saja posisi Demokrat dan AHY yang juga diperlukan, namun belum sepakat karena masih tarik ulur sangat mungkin lepas. Pernyataan Andi Arief soal Juni deklarasi atau evaluasi sangat jelas membuka kemungkinan hengkang. Padahal mereka paham berdua saja, PKS dan Nasdem berarti Anes Baswedan lepas tanpa cukup kendaraan untuk menopangnya.

Deny Indrayana yang mengaku diperintahkan Mahfud MD untuk mengawal Anies Baswedan agar bisa menjadi salah satu kandidat peserta pilpres, ini mau menenkankan pentingnya peran Demokrat untuk pencalonan mantan Gubernur DKI itu. Jelas arahnya menyorongkan AHY mendampingi mantan menteri pendidikan Jokowi itu.

Respon tekanan dari Deni dan juga Andi Arief ternyata tidak cukup mampu membuat PKS dan Nasdem bersegera melakukan deklarasi untuk pasangan jagoa mereka. Sangat wajar, masih menunggu dan menunggu. Deklarasi kepagian bacapres itu membuat mereka makin hati-hati.

Sekadar membuat tenang, bahwa nama bakal capres sudah ada, ketiga parpol sudah sepakat, pun bakal capres juga sudah setuju. Namun memang belum bisa disebutkan dengan gamblang. Lha, kalau parpol sudah setuju, kenapa Demokrat masih mengancam mau evaluasi?

Kini, dengan pernyataan Puan ini, malah Demokrat yang kebingungan sendiri.  Bisa ke sana dan ke mari namun tetap juga mereka paham, bahwa ini sebuah tawaran yang sangat sulit untuk mengatakan iya.

Jelas mereka susah jika harus bersama Prabowo. Duet jenderal dan mayor itu tidak ideal banget. Opsi dari PDI-Perjuangan jelas sangat terbuka lebar. Lihat Prabowo rival dalam dua gelaran pilpres saja bisa bergabung masuk dalam kabinet. Menyusul Sandiaga Uno kandidat wakil presiden pesaingi Makruf Amin juga bergabung.

Politik itu tidak ada yang abadi. Siapa kawan siapa lawan itu bukan harga mati, bisa jadi bahwa Demokrat dan PDI-P itu bersatu. Sama juga di Jawa Tengah, Demokrat juga mendukung Ganjar Pranowo di pilgub kemarin.

Implikasinya jelas, bagaimana koalisi perubahan harus segera putar haluan dan mencari partner baru untuk mendapatkan rekan koalisi baru yang bisa mengusung calon mereka. Hal yang tidak mudah, ketika waktu sudah semakin mepet dan hasil survey juga masih terlalu jauh dari ideal.

Menguji daya tahan AHY dan juga Demokrat dalam menghadapi tekanan dan juga peluang yang serba tidak jelas. Bagaimana mereka bisa bertahan dan membaca visi yang sangat cair itu sehingga tidak salah langkah.

Pasti ini membuat pusing elit Demokrat yang sudah pengin jelas nasib mereka. Tetapi mereka juga paham, bagaimana kondisi partai dan AHY itu di dalam peta perpolitikan tanah air, ketika dalam gerbong bersama PDI-Perjuangan.

Mereka, Demokrat, dalam konteks lebih spesifik AHY itu salah satu. Masih begitu banyak nama-nama yang bisa bersaing bersama dengan ketum partai mersi ini. 

Partai ini, partai banteng moncong putih memiliki begitu banyak stok nama untuk bisa menduduki jabatan apapun. Proposal mereka juga sangat menarik bagi pihak lain ataupun partai politik.

Kali ini, sampai menit terakhir sebelum pendaftaran sangat mungkin bisa berganti partner, baik personal ataupun partai. Belum ada satu partaipun yang dengan gagah dan lantang berani mengaku sebagai yang berani maju dengan calonnya sendiri.  Keberadaan partai lain, tentu dengan sosok dari luar kelompoknya sangat penting karena pemikiran jangka panjang.

Kebersamaan di parlemen juga sangat menentukan. Bagaimana program kerja mereka bisa berjalan dengan semestinya.  Perhitungan-perhitungan itu tentu menjadi pertimbangan sangat matang untuk bisa membantu.

Terima kasih dan salam

Susy Haryawan

   

         

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun