BPK. Â Opini yang dikeluarkan oleh lembaga negara mengenai keuangan, namun sering ngaco. Berapa saja bupati gubernur yang mendapatkan WTP namun kecokok KPK, atau yang diberi catatan padahal kinerjanya bagus.
Sayang, mereka tidak pernah menjadi tuntutan ketika ada masalah keuangan. Mereka diam seribu bahasa, padahal opini mereka sering menjadi jargon kesuksesan. KPK, kejaksaan, kepolisian yang sering dituntut dan dilabeli mandul, padahal BPK jauh lebih buruk, dan malah didiamkan.
Pers. Menglaim diri sebagai pilar keempat demokrasi, memberikan tekanan pada kasus-kasus khusus, namun mereka biasanya hanya mengekor yang sudah viral di media sosial, baru mereka ikut-ikutan. Padahal, jika mereka benar-benar menjalankan tugas mereka sebagai pembela kebenaran, pasti mereka menjadi pilar benar-benar pilar, bukan sekadar tiang kecil yang mudah terbawa angin.
Kini, tugas mereka malah mengekor pelaku media sosial, mereka hanya nyanggongin medsos artis-artis media sosial, mereka kutip tambah sana-sini jadilah berita. Hal  yang sama terjadi dengan kasus-kasus viral lainnya.
Memang tidak ada yang salah dengan cara mendapatkan berita dengan cara demikian. Namun, toh mereka sebenarnya bisa jauh lebih mumpuni dan menjadi pilar demokrasi benar-benar jika mau sedikit saja kerja keras.
Penghargaan akanh, bukan pada karakter. Lihat saja di lingkungan kita, bagaimana orang memuja dan menjadikan kadar penghormatan itu harta atau kekayaan. Orang kaya akan mendapatkan tempat terbaik, dihormari, dan menjadi pusat perhatian. Padahal hartanya dari mana belum tentu dengan cara yang bener.
Penghormatan akan kepemilikan, gelar agama yang tidak selaras dengan perilaku. Ini sudah seharusnya ditanggalkan. Orang mendapatkan penghargaan dan kehormatan ya karena kerja keras, jujur, rajin, dan penuh semangat dalam bekerja.
Tidak ada yang salah dengan kekayaan, harta benda, dan kepemilikan. Keliru ketika cara mendapatkannya dengan cara yang salah, kriminal, dan atau merugikan orang lain dan atau negara. Mosok membedakan ini saja tidak bisa.
Memahami agama secara salah,  Agama semata  ritual, bagaimana hafal, fasih mengutip  kata-kata suci, tapi berlaku maling, garong, penghisap darah rakyat dan negara mereka tetap saja mendapatkan penghormatan. Padahal ini kan perilaku munafik, tidak seharusnya demikian.
Satunya kata dan perbuatan masih terlalu jauh. Begitu banyak dan dominan, bagaimana para penyitir kata-kata saleh dan suci itu juga maling. Miris. Beragama namun tidak berbuah. Â Tidak seharusnya demikian ini, sebaliknya, semakin tinggi mutu rohani harusnya lebih baik dan bijak, bukan malah bejad.
Agnes, kesalahan ABG yang membawa dampak luar biasa. Penganiayaan oleh Mario membuka tabir tayangan medsos dan ujungnya kemenkeu dan ditjend pajak terbakar.