Johnny Plate: sindonews.com
HT, Sesat Pikir Mengenai ASO dan Johnny Plate
Pada puncak Hari Pers Nasional, Presiden Jokowi mengungkapkan keprihatinannya mengenai iklan yang 60%-nya diambil oleh platform asing. HT sebagai politikus, pengusaha media, langsung menyambar ini sebagai sebuah umpan keren, baginya. Bicara soal nasionalismenya, dan menyudutkan koleganya dalam koalisi pemerintah. Johnny Plate ia sebut sebagai mengambil kebijakan sepihak.
Layak dicermati, apakah Presiden Jokowi mengaitkan hilangnya iklan itu dengan ASO? Sepakat soal nasionalisme, namun ASO juga bicara nasionalisme, lepas dari kepentingan korporasi media dan juga afiliasi politik. Mengapa sih demikian?
Iklan itu paling banyak menikmati kemarin adalah raja media, yang tentu saja publik juga paham siapa yang memiliki industri media terdampak oleh kebijakan ASO ini. HT dengan MNC grup, memiliki beberapa stasiun televisi dan merekalah raja iklan dalam beberapa tahun ini.
ASO adalah amanat UU Ciptaker, di mana mau tidak mau ya harus dilakukan. Malah menjadi aneh wong malah melanggar hukum, ketika tidak dijalankan. Â Jadi ingat, dan perlu dilihat lagi ke belakang, bagaimana HT, MNC grup kala itu juga menolak dan bersikukuh untuk tetap dengan menggunakan jaringan analog.
Apa yang HT lakukan dulu dan menanggapi pidato Presiden Jokowi itu bukan soal nasionalisme sebagaimana Pak Jokowi maksudkan, ia menafsir sepanjang kepentingan dan keuntungannya sendiri. Kebijakan Kominfo itu bukan atas inisiatif dan inisiasi pribadi Johnny Plate, atas perintah UU yang harus dijalankan.
Barangsiapa yang melanggar, itu yang tidak memiliki semangat nasional. Nasionalismenya layak dipertanyakan. Bagaimana dengan ketegasan Mahfud MD yang akan mematikan dan memaksa media HT untuk taat pada ASO waktu itu? Mosok dia    lupa atau tidak mau tahu?
Pastinya tahu dan paham, bahwa ini adalah upaya politis dan juga sebagai pengusaha untuk meraup untuk kembali. Kue yang biasa ia kangkangin, kini harus berbagi dengan berbagai pihak. Nah, mendapatkan poin penting ketika Presiden Jokowi menyatakan, bahwa belanja iklan itu digaet platform luar negeri.
Padahal yang menjadi masalah adalah dunia industri media kita yang tidak kreatif dan malah menyalahkan amanat U Uyang dijalankan dengan baik oleh Menteri Johnny Plate. Atau bisa jadi iklan yang biasanya menjadi milik usahanya, menambah pundi-pundi kekayaannya, Â kini beralih dan terdistribusi ke media-media kecil yang membuatnya kurang bahagia.