Kominfo, Literasi dan Etika Digital Meningkat, Keamanan Belum
Kominfo mengadakan tiga kali survey untuk bisa mengatakan, keadaan penggunaan internet cukup menggembirakan. Literasi dan etika digital ada peningkatan, memang untuk keamanan masih perlu perjuangan dan sosialisasi yang cukup keras lagi.
Keamanan, pihak Kemenkominfo menyatakan, bahwa masih cukup tingginya penipuan dan pengakuan orang yang terpedayai dengan iming-iming dalam dunia internet. Begitu beragam kejahatan dengan menggunakan dunia digital  ini. Itu adalah keprihatinan pihak kementrian.
Mengenai literasi dan etika digital, meskipun sudah lumayan menggembirakan, masih perlu terus ditingkatkan. Perlu pemetaan lebih mendalam, sehingga bisa tepat sasaran. Apa yang sudah dilakukan adalah mengelompokkan berdasarkan provinsi.
Apa yang terdapat di dalam provinsi satu dengan yang lain tentu saja berbeda. Penanganan inilah yang terus diupayakan pihak Kemenkominfo, sehingga tepat sasaran dan lebih efektif.
Survey dibagi dalam tiga kelompok, pemerintah, dalam hal ini ASN, polisi, dan militer, kelompok kedua pendidikan, dan yang ketiga masyarakat umum. Pemetaan yang memudahkan dalam mencapai tujuan dari literasi, etika, dan juga keamanan digital.
Patut mendapat apresiasi itu bahwa luar Jawa ternyata tidak jauh ketinggalan, bahkan bisa sama dengan Jawa. Yogja dan Kalimantan Barat  ada pada posisi nomer satu, mengungguli Jawa Tengah di nomor berikutnya, bahkan provinsi lain di Jawa tidak masuk lima besar. Jawa Tengah masih kalah dengan Papua Barat.
Dunia digital ternyata menjadi barometer, bahwa kini tidak lagi Jawa sentris, bahwa semua-mua itu Jawa terkhusus Jakarta. Papua Barat bisa melesat melampaui Jateng. Kalimantan malah menyumbang dua provinsi di lima besar indek digital yang baik.
Pembangunan makin masif, literasi digital juga membaik, bahkan di luar Jawa, ini artinya negeri ini semakin merata dan tidak ada lagi merasa dianaktirikan, merasa hanya Jawa saja yang dibangun. Â Meratanya pemahaman baik mengenai internet, itu tentu juga hasil pembangunan, bukan serta merta demikian saja terjadi.
Jika masih banyak orang yang menggunakan politik iri, bahwa hanya membangun Jawa itu bisa ditengarai tidak melek digital. Salah satu keprihatinan literasi digital itu, bagaimana dengan mudahnya kelompok-kelompok minim prestasi membuat sesat pikir menggunakan kemudahan dunia digital.
Hoaks, misinformasi, separo data itu disebarkan dengan digital. Kemudahan yang dimanfaatkan kelompok pecundang sebenarnya.  Aksi busuk  mereka terjadi karena munafik dan standar ganda. Asilnya antidemokrasi namun memakai alam demokrasi, katanya antiproduk kafir tapi masih saja memakai penemuan mereka.