Apakah ini tanda bahwa Demokrat mau enak sendiri? Layak dilihat lebih dalam. Inilah fenomena laku Demokrat. Aturan dibuat demi kepentingan sesaat dan untuk diri atau kalangan sendiri.
Keenam. Ada implikasi banyak berkaitan dengan hal ini. Jika PT tidak dinaikkan waktu itu, kepentingan 2009, bisa jadi SBY kalah. Bisa jadi ada calon lain dan cukup banyak sehingga ia keteteran dan kalah.
Akibat lain, hari ini, jika diturunkan, AHY bisa maju dengan capaian minimalis sebagaimana 2004, SBY naik. Simalakama ala Demokrat dan meminta pihak lain untuk menuruti kemauan mereka. Ini mengerikan jika berkuasa kembali.
Ketujuh, memperlihatkan Demokrat masih berjuang sendiri di luar rencana koalisi bersama dengan PKS dan Nasdem. Artinya, Anies siap-siap tidak bisa naik, karena sudah ada sinyalemen bahwa Demokrat bernarasi seperti ini, juga ada desas-desus gabung KIB.
Makin seru dengan melihat tingkah laku elit partai menengah bawah tapi keinginan besar ini. mereka lebih ribut dari partai-partai besar, karena memang perlu menaikan posisi tawar.
Kedelapan. Jika berkaitan dengan pernyataan Jokowi, artinya, lho ada soal lain, selain istana, Jokowi yang membuat koalisi bubar atau tidak sepakat. Padahal si biru ini yang biasa teriak Jokowi dalang. Sejalur dengan keinginan Andi Arief menurunkan PT. Jokowi tidak mau, ya begini jadinya. Basi.
Kesembilan, lha buat apa jadi Bapilu kalau hanya bisa ngakalin aturan untuk kepentingan mereka sendiri. Mbok sekali-kali mikir demi  kepentingan bangsa dan negara, malah fokus pada jabatan dengan mengakali aturan demi kehendak kelompok, bahkan pribadi. Kacau.
Pilpres masih setahun lebih, tetapi keadaan makin tidak jelas bagi beberapa pihak. Hal yang menarik dicermati bagaimana elit, politikus mana yang berorientasi pada kepentingan berbangsa atau hanya keinginan berkuasa. Miris.
Terima kasih dan salam
Susy Haryawan   Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H