Ngeri-ngeri Sedapnya Jadi Influencer
"Kasih aku alasan, kenapa aku harus jadi influencer, bro?" Kalimat itu meluncur dari seorang kawan yang ingin mengetahui seluk-beluk influencer.
Influencer menjadi sebuah fenomena yang akrab di era digital serta sosmed saat ini. Influencer adalah seseorang yang bisa dipastikan memiliki pengikut/followers dalam jumlah besar sehingga dari faktor tersebut memiliki pengaruh yang signifikan untuk para audiencenya.Â
Pengaruh dari influencer tidak dapat disepelekan dalam dunia digital masa kini. Muatan edukasi serta literasi dalam dunia digital melalui para influencer ini merupakan sebuah kemutlakan. Memberikan edukasi yang benar pada masyarakat menjadi sebuah tujuan utama (seharusnya), sehingga para influencer ini tentu akan lekat dengan dunia data dan fakta.
Menjadi penting bagi para influencer untuk memertimbangkan, menyaring, memakai filter dalam 'memberi pengaruh' pada masyarakat. Bukan memberikan kabar-kabar hoaks yang tidak bertanggung jawab pada masyarakat dengan bertumpu pada kesahihan data lapangan.
Dalam dunia marketing misalnya, para influencer yang mengajak masyarakat untuk giat dalam membangun ekonomi kreatif di era seperti sekarang ini, tentu para pelaku harus paham betul bagaimana pola dan aturan main bisnis, payung hukum, dan segala 'tetek-bengek' yang wara-wiri dalam dunia ekonomi kreatif/UMKM tersebut.
Seorang influencer tentu harus memahami betul 'konten' yang sedang 'digemakannya', karena memengaruhi, mengajak, serta membuat dampak bagi audience merupakan sebuah syarat wajib. Hal ini yang harus dipertimbangkan secara masak oleh para influencer tersebut.
Jeli, teliti, dan selalu merujuk pada kesahihan data serta fakta merupakan sebuah keharusan. Memberikan edukasi, literasi melekat dalam wajah influencer, sehingga 'kebenaran & validitas' data yang diberikan rasanya layak menjadi syarat prioritas.Â
Influencer bisa menjadi rujukan baru dalam menambah income/penghasilan masyarakat hari-hari ini. Memberikan data dan juga opini sesuai dengan kondisi yang terjadi selayaknya menjadi pertimbangan yang tertinggi sebelum memberikan persetujuan terhadap kontrak kerjasama, tapi memang ini sepenuhnya tergantung pada tiap individu yang bersangkutan.
Ranah abu-abu tentu harusnya dihindari oleh mereka yang tertarik menjadi seorang influencer. Indikator yang bisa memengaruhi orang lain adalah keyakinan. Memenangkan keyakinan audience menjadi sasaran, sehingga ada dampak yang akhirnya diperoleh dari rangkaian aktivitas sang influencer.
Blogger, you tuber, seleb, orang-orang dalam lingkaran public figure, biasanya didapuk menjadi influencer. Minat dan kesukaan terhadap sesuatu yang akan diberi pengaruh menjadi rujukan pertama. Seorang influencer yang baik tentunya tidak akan melenceng jauh dari kemampuannya sehingga mereka dapat reward secara profesional.Â