G20, Labuan Bajo, dan Srilanka
DEWGMenkominfo, Johnny Plate mendorong lebih keras transformasi digital dan sekaligus mengapresiasi semangat para anggota delegasi DEWG G20 yang telah menyambut positif isu yang ditawarkan tuan rumah. Beberapa hal menarik menyangkut hal ini adalah;
Tranformasi digital seolah menjadi sebuah jalan terbaik di antara kemajuan zaman, namun di sisi lain, dunia digital, terutama media sosial ternyata sebaliknya. Â Keberadaan sosial media malah menjadi sebuah ajang untuk menebarkan kekacauan.
Isu Srilanka yang kolaps, oleh elit di sini, yang sudah mau mengganti presiden sejak 2014 lalu menebarkan Jokowi tidak bisa apa-apa. Terwakili oleh  Tifa seorang dokter atau M.S. Kaban seorang politikus senior. Mereka tentu saja paham, bahwa itu jauh panggang dari api, toh terus saja digelontorkan, karena tahu banyak masyarakat kita masih rendah literasinya.
Mengapa Labuan Bajo? Hal yang sangat menarik, bagaimana selama ini, gelaran internasional hanya berkutat , Jakarta dan Bali. Luar Jawa selain Pulau Dewata tidak dilirik karena infrastrukurnya tidak mumpuni. Lha mengapa tidak dibangun? Selama ini ke mana saja para pemimpin itu?
Lagi-lagi ini adalah menjawab bagaimana keberadaan Srilanka yang kolaps itu jauh banget akan terjadi di Indonesia. Kekayaan alam kita demikian melimpah. Lihat saja bagaimana Labuan Bajo, Toba, Raja Ampat, Bunaken, Rawa Pening, dan banyak lagi. Saksi mata dan saksi hidup nama terakhir, Rawa Pening, kini sedang dibangun besar-besaran. Sungai-sungai yang mengarah ke rawa semua dibangun. Ditalut permanen, lebarnya dikembalikan ke posisi semula.
Puluhan tahun tidak pernah tersentuh. Ke mana larinya uang negara? Atau ke mana otak para pemimpin itu? Ini adalah   salah satu aset sehingga negara tidak akan bangkrut, seperti kata para oposan dan barisan sakit hati. Belum lagi aset-aset yang lain, yang selama ini dipanen dunia Barat. Mereka inilah yang memanfaatkan barisan sakit hati untuk merongrong.
Apa yang dilontarkan para pembenci pemerintah, negara mau bangkrut itu sebenarnya terjawab dengan gamblang ketika Indonesia menjadi Presidensi G20. Ekonomi besar di dunia yang dimasukkan dalam kelompok G20. Apa iya mereka ini, berdua puluh mau malu, kalau Indonesia bangkrut?
Mereka tentu tidak akan dengan sembrono menjadikan Presiden RI sebagai ketua jika ekonominya tidak baik-baik saja. Keadaan ekonomi negeri ini pada trend yang sangat bagus. Sederhana kog melihat bagaimana ekonomi itu baik-baik saja atau malah sedang kacau.
Ketersediaan pangan yang terjangkau. Ingat 98, sebelum dan setelah kisah kelam Mei 98 harga beras meroket sangat tinggi. Desa sentra beras saja tidak bisa membeli, karena stok yang selalu habis dibawa ke kota besar. Keadaan itu kini tidak ada.
Gaji pegawai, ASN lancar jaya. Bayangkan jika mereka ini telat seminggu saja, bagaimana barisan sakit hati berteriak-teriak. Lha Lebaran saja ada THR, ada gaji ketiga belas. Mosok negara tidak punya uang kog diberikan untuk ASN-nya begitu melimpah?