Tahun Politik dan Literasi Digital
Beberapa waktu lalu mendapatkan sebuah link atau tautan yang menyatakan, jika PT KAI memberikan hadiah yang bisa dipilih. Salah satu hadiahnya adalah uang tunai dua juta rupiah. Beberapa waktu kemudian di berbagai grup dapat tautan yang sama. Karena memang untuk menebs hadiah kemenangan perlu menyebar pada 20 anggota yang ada di pertemanan atau lima grup media percakapan.
Beberapa yang membagi memang generasi old, di mana tautannya makin rapi dan semakin mirip dengan situs asli. Suka atau tidak, hal-hal demikian masih sangat sering terjadi. Lha dulu   teman dari Amrik saja berbagi tautan hadiah dari merk spatu global Nike dan Adidas. Siapa sih yang tidak tergiur membayangkan harganya dan dapat gratis pula.
Hal-hal demikian sebenarnya lagu lama, di mana dulu model hadiah dengan angka fantastis, ratusan juta. Atau telpon untuk minta tranfer anak kecelakaan dan sebagainya. Kini, Â ketika cara berkomunikasinya berbeda, maka caranya juga berubah.
Makin marak penipuan dan penyesatan informasi karena dunia digital yang demikian masif. Ditambah bahwa budaya baca dan literasi kita masih rendah. Ini masalah yang sangat besar, ketika melihat angka-angka yang tersaji berkaitan dengan keberadaan anak negeri ini.
Lebih memilukan, ada web dan situs yang memang berisi berita atau kejadian palsu. Di sinilah peran untuk melihat, apakah ini satire, palsu, atau memang sekadar orang iseng demi meraup uang dari dunia digital. Kadang bukan sepenuhnya kebohongan, namun ada juga yang memang tujuannya sekadar mendapatkan pembaca, tanpa mau bertanggung jawab atas isi.
Bahaya lagi, jika itu berisi virus atau aplikasi untuk mencuri data-data vital pengakses. Sangat berbahaya dan rentan bagi alat, smartphone, ataupun data-data personal kita. Hati-hati.
Tidak bisa dipungkiri bahwa internet dan dunia digital adalah hidup kita, terutama bagi generasi Z dan milenial. Mirisnya dengan pandemi, generasi old pun mau tidak mau harus tahu internet. WFH, atau PJJ membuat orang tua mau tidak mau berakrab ria dengan yang namanya zoom, google meet, ataupun media sosial lainnya.
Dunia maya yang sekian luasnya itu berisi aneka macam dan ragam mau informasi, data, atau apapun itu. Mau benar, salah, separo benar ataupun salah, tetap tersaji, nah kemampuan membedakan mana yang salah, separo salah, atau bahkan penipuan, kebohongan itu perlu kecerdasan dan kemampuan istimewa.
Digital literasi menjadi kunci penting. Bayangkan, Kaspersky mengadakan riset pada generasi Z, di mana mereka inilah penguasa jagad digital. Ternyata mereka terbiasa membagikan tautan atau link, maupun informasi tanpa verifikasi. Bagi saja demikian. Â Â Kalangan yang ada di Asia Tenggara.