5 Alasan yang Melemahkan Argumen Roy Suryo
Roy Suryo  bersikap, usai tayangannya di media sosial menjadi viral. Ia mengaku salah dan memperkarakan si penayang utama dari meme stupa Candi  Borobudur. Ia menampik tudingan netizen bahwa statusnya menghina Budha dan Jokowi.
Roy Suryo juga mengatakan, menghapus tayangan itu sebagai upaya agar masyarakat tidak mendapatkan informasi sesat.  Ini adalah klaim, pernyataan, dan bahasa kasarnya ngelesnya Roy Suryo usai semuanya menjadi panas. Nah, layak  dilihat adalah hal-hal berikut yang membuat pernyataan dan tayangan mantan menteri dan kader Demokrat ini kedodoran alias malah melemahkan, dan ada kontradiksi sendiri.
Pertama, narasi yang mengawali gambar atau meme. Mungkin Roy Suryo hanya berpikir lucu-lucuan di  akhir pekan seperti yang ia nyatakan. Ia lupa, bahwa itu hal yang sangat sensitif berkaitan dengan agama di Indonesia. Â
Belum lagi jika bicara soal tiket masuk dan naik Borobudur. Â Itu narasi yang tidak berkaitan dengan meme secara langsung. Isinya ngaco, tidak sebagaimana kata bantahan yang ia katakan sebagai agar masyarakat tidak mendapatkan informasi yang salah.
Kedua, pelaporan pengunggah pertama dan kedua, ini masalahnya adalah pada narasi pengantar dan   gambar meme dengan sangat terbuka. Jika benar mau mengatakan sebagai bentuk edukasi, hanya beri link pengunggah dan tag kepolisian, itu biasa dilakukan pegiat literasi media sosial biasa. Bukan pakar dan mantan menteri. Mosok sih Roy Suryo tidak paham yang beginian?
Ketiga, rekam jejak. Bagaimana laku dia selama ini pada pemerintah dan menyikapi isu-isu nasional. Suka atau tidak, apa yang pernah dinyatakan, dipublikasikan, dan dijadikan mau olok-olokan, menghina, atau apapun akan linier menjadi bukti, mana yang lebih benar, klaim sepihak, ataukah kebenaran secara lebih obyektif  di muka publik dan hukum.
Apa yang ia nyatakan  selama ini selalu mengaku kritik pada pemerintah, namun cenderung menghina ketika menyembunyikan sebagian data dan menjadikan itu olok-olok. Dua contoh yang senada dengan hal ini, mengenai paranormal yang menghentikan hujan di balap Moto GP Mandalika. Jelas apa yang disasar Roy Suryo bukan mau mendidik masyarakat, namun mempermalukan negara.
Contoh kedua, edit pernyataan Menag Yaqult  soal penggunaan toa. Lagi-lagi jelas orientasinya adalah mau membuat gaduh. Pernyataan mau memberikan informasi yang tepat, terpatahkan sendiri. Ada pemotongan pernyataan dalam video itu jelas identik dengan apa yang dilakukn Buni Yani.
Narasi yang disematkan sebelum meme lebih menegaskan lagi ke mana arah Roy Suryo. Alibinya sangat lemah, malah diperparah dengan pernyataannya lagi yang lebih tidak menunjang apa yang ada di dalam tayangan.