Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Belajar Demokrasi dari Roy Suryo

14 Juni 2022   09:43 Diperbarui: 14 Juni 2022   11:43 739
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Roy Suryo | Sumber: mediaindonesia.com

Jika asal berbeda negara ini tidak akan maju. Yang ada hanya waton sulaya dan itu menjatuhkan pemerintah yang sedang membangun. Contoh mengenai tiket Borobudur itu. Kritik itu menyoal mengapa ada tarikan dana Rp. 750.000,00, apa urgensi   dari penarikan uang tambahan itu. Jelas apa yang dipermasalahkan, dan pemerintah wajib menjawab itu.

Berbeda ketika mengatakan tiket naik dari 50 menjadi 750. Ini jelas bukan kritik namun sebuah upaya membangun persepsi yang tidak semestinya. Apalagi malah ditambahi gambar lelucon yang berpotensi membuat jengkel atau menistakan Budha dan Jokowi sebagai pemimpin agama, dan pemimpin negara.

Ini soal adab bukan masalah soal kemampuan dan pendidikan. Beberapa elit itu menggunakan kesempatan bahwa mereka akan diliput media, atau memang pengikutnya banyak, kemudian menggunakan itu sebagai kesempatan. Miris.

Almarhum Buya Syafei Maarif pernah mengatakan   media sosial dikuasai orang tidak waras. Sudah saatnya orang baik ambil alih dan berperan. Pesan yang sangat baik dan sudah seharusnya dijalankan oleh orang-orang baik. Jangan malah membiarkan orang tidak waras semakin merajalela.

Polanya sama. Membuat gaduh, minta maaf, dan seolah tidak ada masalah. Kalau kepepet mengaku akunnya dibajak, namun tidak pernah ada perubahan sikap dan perilakunya.

Pembiaran. Selama ini aksi demikian, menistakan, menyembunyikan sebagian fakta itu didiamkan. Hukum juga seolah tebang pilih. Mau apa rakyat jelata ini, ketika elit, pemuka agama berlaku semau-maunya sendiri dan bebas merdeka.

Ini fakta penyakit negeri ini. Munafik. Mengaku demokrasi namun sekaligus juga memunggungi azas demokrasi itu sendiri. Mencaci atas nama demokrasi, namun ketika mendapatkan balasan ngamuk, ngambeg, dan  merasa dizolimi. Ini sih bocah yang kalah main gundu dan mengaku temannya   curang.

Negeri ini tidak akan bisa berubah, jika elitnya manja, kolokan, dan kenakan-kanakan terus. Sikap bertanggung jawab sangat rendah. Maunya enak saja tidak mau susah. Proses mau salah atau benar ya dijalani. Kalau salah revisi, bukan malah menyalahkan pihak lain. Kedewasaan itu perlu pendidikan,   pengalaman, dan juga keberanian.

Rakyat makin banyak yang bijak, sayang bahwa elit masih suka terkungkung dalam gua kenikmatan halusinasi mimpi hasrat berkuasa  dan juga enaknya kekuasaan bagi yang pernah berkuasa. Kedewasaan rakyat semoga menular ke elit.

Terima kasih dan salam

Susy Haryawan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun