kaesang, liputan6.com
{HumPol} Jokowi Tidak Kuat Lagi, JK: Utang yang Harus Dibayar 400 T
JK mengatakan, kalau pengganti Jokowi akan membayar utang 400 T hanya untuk bunga saja. Hal yang sangat gede, maka wajar ketika banyak  yang membangun narasi katanya Indonesia, bisa jadi kayak Srilanka yang gagal membayar tagihan 700-an T saja. Apakah demikian adanya?
Kekayaan negeri ini terlalu juah jika diperbandingkan dengan keberadaan Srilanka. Ini narasi yang dipenggal untuk kepentingan politik, mendeskreditkan pemerintah. Â Hal yang sangat wajar dan sudah pada paham, bagaimana utang negeri ini sejak era Hindia Belanda. Semua presiden mengambil utang ke mana-mana.
Subsidi menjadi beban paling gede. Pembangunan yang tidak berjalan sebagaimana mestinya. Membakar uang dengan subsidi BBM itu sangat besar, masih juga tidak tepat sasaran. Apalagi pengelolaan SDA yang selama ini tidak menjadi tambahan bagi negara, selain menyenangkan pihak asing dan elit negeri ini yang bancakan.
Jika mau jujur, laporan harta kekayaan penyelenggara negara itu dengan juga pertanggungjawaban dari mana hasilnya. Tidak sekadar anjuran dan tidak ada  tindakan apapun jika tidak sesuai profil masing-masing. Padahal sederhana kog, bagaimana mereka bergaya hidup, tunggangan mereka, apakah sesuai dengan pendapatan mereka. Jika tidak, suruh membuktikan, bisnis milik keluarga misalnya. Legal atau tidak.
Toh selama ini tidak ada sama sekali hal demikian. melaju demikian saja di dalam aksi maling mereka. Padahal  jika mau, negeri ini sudah sangat maju, kuat dalam ekonomi, dan juga masyarakatnya sejahtera.
Patut belajar koordinator BEM SI,  kesejahteraan itu hilang justru di masa Orba, karena maling dan bandit demokrasi ada di sana. Jelas paling tampak itu pengelolaan tambang, salah satunya yang paling fenomenal itu Freeport. Apaa yang diperoleh bangsa Indonesia, apa yang  didapat  Amrik, apa yang  menjadi bagian elit negeri ini?
Itu lho yang membuat beban negara ini harus dengan membayar hutang yang sangat gede. Â Ke mana larinya uang-uang itu coba? BEM SI kudunya menelusuri itu, bukan hanya bicara klaim dan malah menjadi bahan tertawaan.
Indentik. 11 12 dengan pertanyaan JK, bagaimana negara ini harus membayar utang segede ini. Ke mana   ia ketika dua periode menjabat wapres, apakah ia tidak menerima gaji dan menolak demi membantu negara? Pernah dengar tidak ada pernyataan bahwa gaji saya tidak saya ambil untuk mengurangi beban negara?
Atau ke mana ketika di Jakarta banyak kelebihan bayar. Atau kengacoan narasi soal keuangan di DKI kog malah tidak komentar.
Pembangunan sangat masif.  Di mana-mana jalan bahkan sampai desa-desa itu terlihat berbeda, baik, dan jelas hasilmya. Itu sebagian  besar uang negara, dana desa. Belum lagi proyek-proyek gede bisa berjalan dengan baik.
JK juga terlibat kog di dalam dua pemerintahan yang sangat berbeda, ia pasti tahu dengan  baik, bagaimana kondisi dan pengelolaan uang negara itu terjadi. Apa yang penting adalah , rakyat kudu paham bahwa ada permainan dan narasi mengenai utang ini tidak sepenuhnya benar.
Terus menjadi aneh dan lucu adalah, jika memang utang gede, mengapa banyak elit yang berebut untuk menjadi tukang saur utang. Ini menjad hal yang aneh dan lucu, kalau memang demikian adanya, kan rugi, karena hanya menjadi susah dalam bekerja.
Begitu banyak kekayaan negeri ini,  mosok fokusnya utangnya sih, dan seolah menyembunyikan keberadaan kekayaan dan potensi negeri ini yang demikian banyaknya. Dari Sabang sampai Merauke itu aneka kekayaan yang bisa  dijual dan dijadikan uang untuk kesejahteraan negeri ini.
Berkaitan dengan hal itu, pantas Jokowi tidak  kuat lagi dan curhat ke Kaesang anaknya. Wajar dengan beban yang sangat besar. Hal yang sangat mudah dijadikan  landasan dan gorengan bagi oposan dan barisan sakit hati.
Padahal konteksnya adalah tidak kuat lagi menggendong cucunya yang sudah 17 kg. Â Hal yang sangat mudah, murah, dan sederhana ketika harus dipakai untuk menggoreng keadaan dan kegaduhan politik.
Arahnya adalah keadaan politik yang gaduh, panas, dan riuh rendah.  Kondisi yang beberapa pihak sukai jika dengan keadaan demikian memang menyenangkan pihak-pihak tertentu. Oposan akan bersuka cita  karena keadaan asyik.
Utang negara itu gede dan memang faktual. Â Namun bahwa ada pihak-pihak tertentu yang memanfaatkan keadaan itu menjadi sarana dan kepentingan bagi mereka sendiri. Utang masih aman dengan keadaan kekayaan dan potensi negara.
Bagian ini yang selalu ditutupi atau tidak dinyatakan dengan  apa adanya. Ini adalah hal yang ngaco dan perlu dilakukan untuk lebih dipahami oleh masyrakat luas. Literasi masyarakat  perlu dianimasi, digerakkan melihat dengan kacamata baru, lebih luas, dan menyeluruh.
Becanda ala Kaesang ini bagus untuk menjawab pernyataan JK yang begitu keras dan tajam. Menggendongg cucu gak kuat, bukan menanggung utang.
Terima kash dan salam
Susy Haryawan
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H