Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Presiden Tiga Periode dan Benzema

13 April 2022   20:44 Diperbarui: 13 April 2022   20:49 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Benzema, dan Presiden Tiga Periode

Laga UCL mengantar Madrid ke semifinal, pemain yang berperan salah satunya Benzema. Pemain senior yang sudah tidak demikian mendapatkan perhatian dari pemain belakang tim lawan. Pemain ini  rutin menyumbangkan gol.

Posisi yang menguntungkan tim, karena daya gedor untuk membuat gol masih cukup tajam, tim lawan tidak penuh memberikan perhatian dan penjagaan kepada pemain Perancis. Pemain lawan lebih memprioitaskan mengawal penyerang lain. melepaskan Benzema, itu bahaya.

Benzema: Okezon.com
Benzema: Okezon.com
Fenomena yang identik dengan dunia politik negeri ini.  Bagaimana  polemik yang awalnya dipicu oleh pernyataan Cak Imin selaku ketum PKB itu malah menyasar Jokowi. Sempat menjadi demo dan ada  korban berdarah. Kekerasan dan penganiayaan yang sangat terkutuk di tengah bulan puasa.

Saatnya beribadah, eh malah membuat onar, kekerasan, dan penganiayaan. Fitnah, bersyukur atas  kekerasan, dan malah cenderung memaksakan kehendak. Bagaimana penyataan Jokowi yang menolak wacana presiden tiga periode, tetap saja  dianggap kurang.  Sangat aneh jika mau berpikir jernih, dan sedikit mau mendengarkan.

Jika benar dan serius dengan penolakan tiga periode, jelas bukan Jokowi, sasaran demonya, namun parpol  dan politikus yang menyatakan itu. mengapa menyasar Jokowi, bahkan minta mundur. Tidak ada cukup alasan dan kaitan yang kuat.   Tiga periode belum diketok palu bukan? Kecuali sudah diputuskan, boleh demo menolak dan mengutuk sekalipun.

Menjadi semakin aneh, ketika Ade Armando yang juga memiliki pemikiran yang sama malah dihajar. Semakin memberikan fakta bahwa agendanya jelas jauh dari apa yang didengung-dengungkan.  Beluml lagi jika bicara peserta demonya yang sangat bertolak belakang dengan rencana. Orang-orang tua dengan agenda yang ideologis.

Mereka  - mereka ini selalu ada dalam apapun aksinya, demo RUU KPK, UU Ciptaker, menolak ini dan itu, selalu hadir dan temanya satu, turunkan atau ganti Jokowi, semua seolah hanya tempelan, dan ujungnya ganti Jokowi.

Siapa saja yang terganggu dengan pemerintahan Jokowi?

Masa lalu yang tergerus bisninsnya. Begitu banyak yang terhambat kebiasaan mereka yang menggunakan BUMN untuk kepentingan diri dan kelompok. Pun dengan sumber daya alam negeri ini yang sangat berlimpah.

Mereka yang terbiasa pesta pora kini kudu berpuasa. Termasuk juga ya   sudah menimbun terlalu banyak kini mau diambil alih. Siapa yang rela sih.

Pihak asing yang bisa juga pesta  dan menjarah. Kini susah dan kudu mau memberika keuntungan lebih kepada negeri ini. Nah,    mereka kan terbiasa berbagi dengan elit negeri ini yang tamak. Sudah berlangsung puluhan tahun dengan nyaman dan sangat menguntungkan.

Eh sekarang harus manut kehendak pemilik kekayaan itu.  Mana mau dengan suka rela, apalagi   kaki tangannya yang di dalam negeri terbiasa ikutan menjarah untuk berpesta pora, mereka ini yang sejatimya panas. Kolaborasi asing dengan elit negeri ini yang tamak.

Ormas yang selalu berdendangmengenai agama, namun perilakunya jauh dari tuntutan agama. Mereka ini dibubarkan tanpa tindakan hukum nyata, masih hadir, kamuflase, bahkan dengan terang-terangan kampanye, toh masih juga bisa eksis.

Mengapa bisa demikian? pembiaran sangat lama. Mereka sudah menguasai hampir semua lini berbangsa, benar bahwa mereka kini melemah, namun jangan lengah. Keinginan mereka tidak pernah padam.  

Karena sudah demikian marak, maka siapa kawan siapa lawan makin sulit, diperparah sikap munafik. Pelik masalahnya. Perlu kerja keras dan kerendahan hati untuk mampu melihat dengan sangat gemblang dan jelas sebenarnya. Kecuali memang satu gerbong atau minimal simpatisan.

Masih dimainkan demi popularitas dan menjadi gantungan suara dalam pemilu. Miris sebenarnya, ketika orang sudah fasis dalam konteks tertentu. Menggunakan segala cara, mau orang atau kelompok bener atau salah tidak peduli. Nah, meskipun terlarang karena cukup gede dan banyak yang masih berharap, jadi setengah  hati kalau menangani kelompok ini.

Penegakan hukum yang sangat  lemah.  Ini masalah gede, namun dianggap biasa saja. Persoalan yang pelik, namun karena adanya   kepentingan, akhirnya ya sudahlah.

Masa lalu yang msih ngarep untuk kembali mencicipi enaknya berkuasa. Nah, mereka ini lah yang sangat lantang menggunakan apapun  isunya, yang pasti Jokowi turun.  Padahal mereka ini juga potensial mendapatkan durian runtuh dengan hujatan yang menyasar Jokowi, mereka menang dengan apapun caranya, karena nama Jokowi sudah hancur lebur.

Nah, persamaan dengan Benzema sudah terlihat bukan?  Karena para pendukung Jokowi pun sudah mulai termakan narasi mereka. Meninggalkan Jokowi bukan karena ada yang kelru dengan pemikiran atau kebijakan Jokowi, namun karena terikut dan tercemar narasi yang didengung-dengungkan oleh pihak yang   memang mencoba skenario itu.

Permainan yang sangat mudah dibaca, siapa yang getol sok kalem, namun anak buahnya teriak-teriak sangat kenceng. Maunya seperti Ken Arok, apa  daya dolannya masih kurang jauh. Pipisnya belum lurus, masih ingusan.

Siapa sih yang akan diuntungkan dengan kisruh seperti ini? Publik juga paham kan.

Terima kasih dan salam

Susy Haryawan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun