Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Presiden Tiga Periode dan Benzema

13 April 2022   20:44 Diperbarui: 13 April 2022   20:49 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pihak asing yang bisa juga pesta  dan menjarah. Kini susah dan kudu mau memberika keuntungan lebih kepada negeri ini. Nah,    mereka kan terbiasa berbagi dengan elit negeri ini yang tamak. Sudah berlangsung puluhan tahun dengan nyaman dan sangat menguntungkan.

Eh sekarang harus manut kehendak pemilik kekayaan itu.  Mana mau dengan suka rela, apalagi   kaki tangannya yang di dalam negeri terbiasa ikutan menjarah untuk berpesta pora, mereka ini yang sejatimya panas. Kolaborasi asing dengan elit negeri ini yang tamak.

Ormas yang selalu berdendangmengenai agama, namun perilakunya jauh dari tuntutan agama. Mereka ini dibubarkan tanpa tindakan hukum nyata, masih hadir, kamuflase, bahkan dengan terang-terangan kampanye, toh masih juga bisa eksis.

Mengapa bisa demikian? pembiaran sangat lama. Mereka sudah menguasai hampir semua lini berbangsa, benar bahwa mereka kini melemah, namun jangan lengah. Keinginan mereka tidak pernah padam.  

Karena sudah demikian marak, maka siapa kawan siapa lawan makin sulit, diperparah sikap munafik. Pelik masalahnya. Perlu kerja keras dan kerendahan hati untuk mampu melihat dengan sangat gemblang dan jelas sebenarnya. Kecuali memang satu gerbong atau minimal simpatisan.

Masih dimainkan demi popularitas dan menjadi gantungan suara dalam pemilu. Miris sebenarnya, ketika orang sudah fasis dalam konteks tertentu. Menggunakan segala cara, mau orang atau kelompok bener atau salah tidak peduli. Nah, meskipun terlarang karena cukup gede dan banyak yang masih berharap, jadi setengah  hati kalau menangani kelompok ini.

Penegakan hukum yang sangat  lemah.  Ini masalah gede, namun dianggap biasa saja. Persoalan yang pelik, namun karena adanya   kepentingan, akhirnya ya sudahlah.

Masa lalu yang msih ngarep untuk kembali mencicipi enaknya berkuasa. Nah, mereka ini lah yang sangat lantang menggunakan apapun  isunya, yang pasti Jokowi turun.  Padahal mereka ini juga potensial mendapatkan durian runtuh dengan hujatan yang menyasar Jokowi, mereka menang dengan apapun caranya, karena nama Jokowi sudah hancur lebur.

Nah, persamaan dengan Benzema sudah terlihat bukan?  Karena para pendukung Jokowi pun sudah mulai termakan narasi mereka. Meninggalkan Jokowi bukan karena ada yang kelru dengan pemikiran atau kebijakan Jokowi, namun karena terikut dan tercemar narasi yang didengung-dengungkan oleh pihak yang   memang mencoba skenario itu.

Permainan yang sangat mudah dibaca, siapa yang getol sok kalem, namun anak buahnya teriak-teriak sangat kenceng. Maunya seperti Ken Arok, apa  daya dolannya masih kurang jauh. Pipisnya belum lurus, masih ingusan.

Siapa sih yang akan diuntungkan dengan kisruh seperti ini? Publik juga paham kan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun