Demonstrasi: sindonews.com
​Serba Salah Jokowi, dan Kritisnya Mahasiswa Demo Pertamax, ke mana Kala Migor Hilang
Senin, 114, biasa akan ada angka cantik untuk melakukan demo. Karena pernah sukses denga 411, karena sudah tidak sabar, yo dipakailah yang mendekati. Salah satu poin demo yang palimg panas adalah, menuntut Jokowi mundur, meskipun sudah dibantah para calon pelaku demo, yaitu mahasiswa.
Mereka mengatakan, jika itu haox, banner yang beredar bukan berasal dari mereka. Ini benar atau ngeles, bukan masalah dan dasar dari tulisan ini. lebih menarik itu menelisik mengapa sasarannya kog Jokowi. Seolah seperti iklan minuman botol. Apapun makannya minumnya teh botol itu.
Jika dasarnya adalah mau tiga periode. Siapa yang melontarkan pernyataan adanya jabatan untuk tiga periode. Cak Imin, Zulhas, Luhut, dan asosiasi kepala desa. Nah, mengapa yang didemo adalah Jokowi. Bukannya ini salah sasaran? Atau memang maunya Jokowi lengser, mau logis atau linier alasannya?
Jokowi bahkan sudah melarang menteri bicara soal perpanjangan masa jabatan. Toh masih saja dikatakan, kan bukan perintah untuk berhenti wacana tiga periode.
Menarik adalah, bahwa calon pendemo ini, juga ada ketua umum partai politik yang menyoal ini. Asumsi yang   seolah-olah sudah demikian kebenaran mutlak. Aneh dan lucu, malah lebih tahu dari lingkaran utama Jokowi, malah Jokowi itu sendiri. Kan luar biasa. Kog bisa sikap demikian menjadi dasar untuk berdemo.
Cukup aneh dan lucu, karena dasarnya adalah asumsi yang sudah dibantah dengan lugas oleh Jokowi, namun mereka masih bersikukuh, jika Jokowi tidak demikian. Â Kog malah seperti abg yang baperan, kala gadis ingusan melihat pacarnya jalan dengan adik perempuannya.
Hal  senada yan terjadi, bagaimana anak di luar nikah yang terkena stigma  buruk malah anaknya. Kedua pasangan pelaku tindak ngaco malah tidak ada labeling yang setara dengan si anak. Bayangkan anak yang tidak bisa memilih dan menolak perbuatan buruk kedua orang tuanya malah seumur hidupnya menyandang status itu. Administrasi negara juga  mencatatnya.
Eh kedua orang tuanya malah seolah lepas tanpa beban. Bebas berkeliaran, sangat mungkin membuat ulah lagi dan anaknya yang lahir akan mendapatkan cap yang sama. Logika berpikir dan bersikap yang memang sudah soak sejak awal.