4 Pilar Digital Literasi dan Johnny Plate
Empat pilar MPR-Ri  sempat gencar menjadi sebuah tagline dan slogan di mana-mana. Semua hampir redup, kecuali kemarin sempat riuh rendah dengan Kemenkeu karena pemotongan anggaran. Apa sih yang sebenarnya telah dicapai dengan program MPR itu? evaluasi itu mana? Sejauh mana mereka melakukan dan bagaimana dampaknya bagi bangsa dan negara.
Toh MPR juga tidak pernah bukan terdengar berteriak mengenai aksi dan juga ormas yang melenceng dari Pancasila? Ke mana saja mereka selama ini? Jangan-jangan ini hanya soal proyek dan  basa-basi di mana-mana gelaran 4 pilar? Tentu ini bukan semata berpikir buruk, tetapi memang  gaungnya, bahkan faktualnya jauh dari apa yang mereka omongkan.
Kali ini, Johnny Plate, Menteri Kominfo juga menggunakan istilah 4 pilar. Harapannya sih ini benar-benar menjadi  pilar, bukan semata sosialisasi tanpa hasil dan dampak bagi hidup berbangsa dan bernegara.
Bagaimana negeri ini dengan pengguna internet demikian besar, peringat tiga Asia, dengan angka 212,34 juta jiwa. Â Hanya di bawah China dan India, mereka dengan populasi manusia juga lebih banyak.
Penggunaan sedemikian besar itu, toh masih sering terdengar adanya keprihatinan adanya hozx, ksi terorisme dengan menggunakan media sosial dan internet untuk belajar, Â penggiringan opini publik yang tidak semestinya, dan begitu banyak keprihatinan yang lain.
Pinjol beberapa waktu yang lalu cukup viral menjadi bahan perbincangan. Hal yang sangat mendasar bagaimana pangsa pasar yang gede itu masih terlalu lugu. Satu sisi pemanfaatan internet atau digitalsecara buruk, memanfaatkan keadaan masyarakat yang belum melek.
Penduduk atau masyarakat yang rendah dalam berliterasi, menjadikan keadaan dan penyimpangan dunia digital makin menjadi. Lihat saja, apalagi dekat-dekat dengan gelaran pilpres, beberapa kelompok memanfaatkan dunia digital sebagai sarana kampanye buruk. Â Fitnah merajalela dan menguar bak jamur di musim penghujan. Miris.
Keadaan yang tidak patut itu akhirnya menggerakan gagasan 4 pilar digital literasi, Â yaitu, etika digital, budya digital, keterampilan digital, dan keamanan digital. Apa saja itu pengertian dan aplikasinya dalam hidup sehari-hari?
Kemampuan personal dalam menerapkan sopan santun dalam dunia digital. Sebenarnya sangat mendasar berbicara mengenai etika. Secara dasar kata etika adalah kemampuan membedakan mana yang buruk dan baik.