Ini kan sama juga dengan anak sekolah ngemplang SPP, bapaknya kembali bayari. Urusannya lebih penting dan demi masa depan sekolah juga. Anaknya mblangsak itu urusan lain.
Ketiga, formula e itu hanya sebuah gengsi dan unsur menyaingi pemerintah pusat. Mandalika sudah jadi, sebenarnya sederhana kalau memang pemerintah pusat mau. Semua tinggal menambah hal-hal teknis semata.
Infrastruktur sudah siap dan sangat mungkin dilakukan di sana. Tidak ada yang susah, berkaitan dengan fisik penunjang balapannya.
Keempat, bagaimana pertanggungjawaban anggaran yang masih menjadi kesimpang siuran. Jika pusat mengambil alih, sama juga membuang air ke kolam pasir. Uang lenyap tak bersisa.
Kejam, keras, ya wajar, jika pemerintah pusat emoh membantu lagi. Ini masalah sikap tanggung jawab, dan dibiarkan juga Jakarta tidak kenapa-kenapa, berbeda jika itu banjir dan covid. Anies Baswedan yang mengaku dan memang pendidik harus paham, pendidikan kadang juga perlu keras dan kejam.
Selain keuangan yang masih gelap, tidak jelas, dan masih simpang siur. Pemerintah pusat tentu memiliki skala prioritas. Ketika balapan yang tidak tenar itu mengapa harus diberi gelontoran dana. Yang pasti akan menguap tidak bersisa juga.
Kelima, pemimpin itu bisa membuahkan ide yang aplikatif, bukan asal gagasan dan kemudian minta pihak lain menyelesaikan. Beda dengan desain dan tukang lho. Itu kolaborasi. Kalau yang ini hanya kebanyakan ide namun pelaksanaannya nol, tapi anggaran selalu gede dan gak jelas.
Mengenai formula e ini bukan hanya sekali, namun berkali ulang, ngaco tanpa mampu menyelesaikan. Pemerintah pusat menjadi dewa penolong. Masalahnya lagi, pemimpinnya model tak tahu malu. Usai sukses petentang-petenteng  mengaku sebagai hasil karyanya. Tentu Jokowi dan jajarannya sih tidak ambil pusing itu.
Erick Thohir sudah mengatakan penugasannya bukan untuk ini, formula e tentu saja konteksnya. Jelas, bahwa pusat tidak mau ambil pusing. Â Hal yang baik tentu saja, agar keuangan yang ada bisa dialokasikan untuk hal yang lain.
Bagaimana bisa orang dan pihak yang selalu mencela banyak hutang itu juga ada di balik rancangan ngaco ini. Coba buktikan dulu uang itu ke mana. Sangat mungkin jika transparan pemerintah pusat mau ikut serta. Balapannya tidak salah, hanya masalah keuangan yang tidak jelas, sudah main potong pepohonan Monas lagi.
Anies Baswedan menemukan batu karang beneran. Tidak semua bisa dengan gampang ia dapatkan. Pengalihan tanggung jawab seolah hal yang lumrah. Sae kebak sundukane, dan kini, semua berakhir, tidak ada dewa penyelamat yang selalu  ia rendahkan itu.