Dalam salah satu sesi debat, Jokowi sebagai capres mengajak berbicara mengenai startup, unicorn, dan dunia digital pada rivalnya Prabowo. Sang lawan malah seolah tercengang dengan istilah unicorn, meskipun ada benarnya, namun kemudian terlihat bahwa ia gamang. Jawabannya, oh, yang online-online itu ya.
Benar, bahwa itu yang online-online, namun terbaca bahwa capres Prabowo kebingungan dan tidak siap dengan materi itu. Sangat mungkin pas persiapan, timnya abai dalam istilah dan memberikan masukan materi dengan  lebih baik.
Pandemi tiba-tiba menyerang dunia, ekonomi lumpuh, dan aktivitas warga terbatasi karena mekanisme penyebaran covid melalui interaksi manusia. Semua berubah, siapa yang menyangka coba? Tiba-tiba dunia berbalik menjadi senyap dan kudu lebih menahan diri.
Hidup tetap harus berjalan. Jual beli tetap harus berlaku, dan itu semua tetap harus ada sikap baru. Cara berbelanja dan jual beli yang lain sama sekali. Â Berkat luar biasa untuk dunia digital. Â Minim interaksi, barang datang sampai depan pintu, dan semua menjaga potensi penularan.
Pendidikan juga sangat terdampak. Dunia usaha dan dunia pendidikan yang merasakan pukulan paling telak.
Syukur bahwa Presiden Jokowi telah mempelajari, mengenal, dan merintis dunia digital sebagai bagian penting dari dunia masa depan. Semua tertarik ke depan, siapa sangka semua lebih cepat dai perkiraaan.
Untung lagi, bahwa bukan Prabowo, yang sekadar istilah saja bingung, apalagi jika itu kudu dilakukan dan belum saatnya. Bayangkan apa jadinya jika presiden yang menjabat tidak paham dengan apa yang harus dilakukan.
Memang beda era dan zaman. Ini yang  perlu disikapi dengan baik sebagai seorang calon pemimpin, apalagi pemimpin. Visi dan pandangan untuk ke depan itu harus cermat.
Kominfo pada usia ke XX, di tangan Johnny Plate menerima beban yang sangat berat. Syukur bahwa itu bisa dijalani dengan sangat baik. Pencanangan sejak dalam debat capres, pandemi yang mengubah tabiat, bahkan budaya itu bisa dengan relatif baik difasilitasi oleh Kominfo di tangan Johnny Plate.
Tol Udara yang dulu menjadi bahan bullyan dari kubu pendukung Prabowo yang tidak paham esensi kini teralisasi. Bagaimana mungkin pendidikan jarak jauh bisa terlaksana relatif baik tanpa adanya tol udara. Sudah sejak awal 2019 Jokowi melihat ke depan.
Pembangunan BTS di daerah, terdepan, tertinggal, dan terpencil bersama-sama dengan operator menggeber pembangunannya. Demi bisanya signal masuk ke semua daerah dan kawasan. Daerah-daerah yang tidak bernilai ekonomis menjadi tanggung jawab negara. Sinergis swasta dan negara berjalan dengan sangat baik.