Mahasiswa itu bersikap kritis harus. Namun bagaimana sikap itu juga dibarengi dengan tanggung jawab. Jangan malah menjadi agen waton sulaya, asal berbeda dan keren.Â
Padahal belum tentu yang berbeda itu mesti bagus. Berbeda, berani, dan bertanggung jawab itu baru keren. Berbeda ketika menemui kendala dan harus bersikap, itu adalah konsekuensi.
Sama juga mahasiswa yang tidak belajar dan kemudian tidak lulus ujian. Konsekuensinya adalah mengulang atau remidi. Tidak kemudian merengek pada dosen dan bersumpah akan berubah asal lulus, atau malah demo dan mengatakan dosennya sentimen. Kan kanak-kanak yang ada.
Semua tindakan itu ada konsekuensinya, hasil tidak akan menghianati proses. Sikap ini yang harus dipahami dengan baik oleh mahasiswa. Jika tidak, jangan kaget mereka malah menjadi alat kepentingan pihak-pihak yang memang bermaksud rusuh.
Masa depan kalian panjang. Padahal sudah banyak perusahaan dan lembaga yang enggan menerima mahasiswa tukang demo. Ini era berbeda, jangan hanya berkaca pada 66, 98, dan itu jauh berbeda konteksnya. Jangan nanti menangis dan menyesal ketika tiba waktunya masuk dunia kerja.
Demonstrasi itu tidak salah, namun bagaimana dasar yang mau diperjuangkan itu menjadi sebuah hal yang jauh lebih penting dan mendasar. Â Lepas kepentingan sesaat dan sektarian karena hanya demi sekelompok kecil, dan itu bukan korban dari negara atau pihak lain.
Ke mana mereka mengenai isu Papua, Poso, atau perilaku menyimpang lainnya. Kog diam saja, ada apa?
Terima kasih dan salam
Susy Haryawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H