Hukum masih kalah dengan tekanan publik dan gaya banyak-banyakan massa. Massa menekan penegak hukum untuk ikut mau mereka. Ini sudah berkali ulang terjadi. Apakah ini beneran massa yang spontan bergerak?
Kebanyakan ada komando, ada yang ngomporin mereka. Menggunakan agama sebagai kedok dan membakar massa untuk bisa mudah dijadikan pion perilaku tamak dan haus kekuasaan.
Apa yang bisa dilakukan?
Penegakan hukum tanpa tebang pilih. Ini perlu keberanian, kerja keras, kerja cerdas, dan kehati-hatian. Demokrasi kebablasan yang dimanfaatkan politikus busuk membuat keadaan seperti ini. Kesan tebang sangat terasa.
Penyelesaian masalah kalau berkaitan dengan yang itu lagi tiu lagi paling mengaku smartphone dibajak, akun dihack, dan kalau mentok meterai cemban menjadi gaya oposan yang itu lagi itu lagi. Efek jera tidak ada. Malah menimbulkan gelombang perilaku yang sama.
Masalah timbul ketika pihak lain yang pada posisi berbeda ikut-ikutan dan terkena pasal pidana.  Mereka tidak akan mampu mengelak sebagaimana politikus  yang memang sudah tebal muka dan nurani mati. Mereka membalik-balikan fakta sudah tidak merasa bersalah lagi.
Perlu kesabaran dan kebesaran hati. Peribahasa, sepandai-pandainya tupai melompat, suatu saat akan gawal juga. Nah, lihat bagaimana berkoar-koarnya Rizieq Shihab selama pemerintahan Jokowi, seolah ia manusia super yang tidak akan pernah ditangkap.
Menantang sana-sini, kutuk siapa saja yang dianggap lawan, dan kini meringkuk di penjara. Padahal sudah begitu banyak pejabat dan elit yang mengelu-elukannya kala pulang dari ibadah 3.5 tahun itu. kesabaran dan kejelian.
Munarman juga sama saja. Arogan, semua ditantang dan seolah tidak ada celah untuk menjebloskannya dalam bui. Petentang-petenteng di televisi dengan bahasa keras, kasar, dan seenaknya. Tanpa diduga, ditangkap tanpa mengenakan sandal.
Kekuasaan, kebesarannya runtuh seketika, hanya sandal saja tidak bisa memakai. Semua luruh dan runtuh. Toh itu cukup lama juga.
Harapan itu perlu menjadi kekuatan. Kesabaran di dalam menyelesaikan masalah. Pembuktian awal menjadi penting. Tanpa melupakan potensi rusuh lebih besar. Jadi sama juga dengan mau mematikan yamuk namun dengan palu lima kilogram.