Tip dan Trik  Juara Kompasianival, Belajarlah pada Kompasianer  Profesor ini
Kompasianer satu ini asli jempolan. Konsistensi dari zaman ke zaman. Mulai nulis untuk senang-senang hingga era K-reward. Selalu ada segala zaman. Masih juga bisa berinteraksi dengan baik, membully segala era. Itu kekuatannya di dalam menjalin komunikasi.
Tentu berbeda dengan Bapak Tjiptadinata denga Ibu, konteks yang berbeda. Profesor yang satu ini punya cara yang berbeda. Patut ia menjadi nomine berulang, karena memang para pendukungnya cukup banyak dari tahun ke tahun.
Beberapa hal yang layak dicontoh sebagai inspirasi dari keberadaanya sebagai berikut;
Pertama, konsistensi dalam menulis. Mau kanal apapun ia jelajahi dan memiliki pangsa hits yang cukup besar. Apalagi humor dan politiknya memang  piawai untuk itu. Novelpun meski sepi  ia jelajahi dengan setia dan penuh harap.
Kedua. Konsisten pula dalam hadir, mau vote, komen, dan penting itu membalas komen. Berbalas dan membri komentar tidak sekadar basa-basi apalagi copasan. Ini adalah kekuatan blog dan blogger di manapun platformnya.
Ketiga, kenal dengan banyak kalangan sesama Kner, sehingga bisa membully. Ini bukan sebuah hal yang gampang, karena perlu tahu dengan baik Kner itu akan ngamuk atau tidak. Biasanya sudah berinteraksi dulu dalam komentar cukup intens.
Tidak akan mungkin berani membuat artikel risakan tanpa tahu dan mengenal dengan baik si korban. Bisa-bisa dibawa ke Komnas HAM kan repot.
Nah, tapi jangan ikuti yang ini.
Keempat, ia juga tukang bully pada admin. Ini jelas salah besar. Susah neranginnya, tapi akan saya coba pakai ilustrasi, contoh. Â Ada Pak RT lupa memberikan surat undangan untuk rapat dan arisan di RT. Itu memang bisa lalai, bisa juga sekadar alpa.