Belajar "Pencitraan" dari Ganjar Pranawa, Beda dengan Politik Asal Tenar meski Cemar
Keren cara kerja politik Ganjar Pranawa akhir-akhir ini. Naif jika mengatakan ini bukan cara ia membranding diri secara politik. Itu tidak salah, wajar, dan hak dia sebagai warga  negara, ataupun pejabat. Apalagi, tidak ada pelanggaran hukum ataupun norma yang terjadi. Ganjar masih bekerja dan tetap dalam koridor tanggung jawabnya.
Ada dua hal yang paling tidak menjadi menarik untuk dikupas. Kisah pertama, ia makan di parkiran, usai dalam sebuah kunjungan kerja. Ingat, ia bekerja, di wilayahnya sendiri pula. ia makan di parkiran juga tidak salah.
Malah menjadi nilai tambah, ketika biasanya pejabat itu maunya duduk di tempat yang terhormat, di mana pendingin ruangnya prima, kursi empuk, dan sangat penuh dengan hiruk pikuk warga atau pengunjung lain.
Apalagi, ada kehendak bahwa pejabat mempunyai privilege, mendapatkan fasilitas, serta prioritas kamar rawat, sedang keadaan pandemi. Hal yang sebangun, meskipun tidak identik.
Pejabat itu ya bersama rakyat, bukan malah meninggalkan rakyat, atau semata mewakili rakyat dalam hal enak dan fasilitas. Lanjutkan Pak Ganjar.
Kisah kedua, ia mampir nunut makan di sebuah polsek. Kapolsek mengaku, sekelas bupati saja belum pernah singgah si sebuah polsek. Iyalah, kapasitas polsek kan sekelas camat, bupati, apalagi gubernur ketinggian.
Lagi-lagi ini memberikan bukti bahwa pilihan Ganjar sangat tepat dan baik. Mendobrak budaya, tabiat, dan cara memimpin di negeri ini. Â terbiasa feodal, kerajaan Jawa terutama dan identik pula dengan para penjajah, membuat bangsa ini terbiasa menguasai dan menjadi pemimpin itu berbeda, di atas, dan berjarak.
Orisinalitas Ganjar Pranawa
Cara Ganjar tempuh berbeda dan belum ada. Jokowi dengan blusukan, diikuti oleh pejabat-pejabat, dan calon pejabat lain kala mau menawarkan diri saat pemilihan. Cek saja sendiri siapa saja yang tiba-tiba merakyat, masuk pasar, kampung-kampung, namun dengan mudah warganet menemukan adanya rencana dan itu semua hanya rekayasa.
Blusukan sudah menjadi ciri dan kerja Jokowi. Jika Ganjar mengambil cara demikian, tentu tidak lagi menarik karena tidak lagi orisinal dan itu melekat pada dirinya. Sudah menjadi "milik" Jokowi.