Menghajar Ganjar, PDI-P Terkapar
Menarik, apa yang menjadi kajian pengamat, netizen, ataupun media. Mau media sosial atau arus utama, sama saja. Satu tema, mengenai Ganjar yang tidak diundang dalam pertemuan internal partai. Â Menjadi panas karena ini soal pilpres 2024.
Suka atau tidak, ini adalah permainan. Hanya sebuah guyon di atas panggung politik. Jadi, semua itu biasa terjadi, dan jangan dianggap matematis, atau hanya kalau tidak hitam ya putih. Padahal namanya politik, segala kemungkinan itu bisa terjadi.
Nah, ini menariknya. Begitu ada indikasi PDI-P membuang Ganjar, sebagaimana pernyataan Bambang Pacul yang mengatakan Ganjar keminter, Â kalau dipinang partai lain silakan angkat kaki, atau pemimpin itu di lapangan, bukan di medsos. Radar partai politik, kebetulan minim calon langsung berdengiing dan memberikan alarm tanda suka cita.
Demokat, lumayan girang, dengan memasangkan dengan AHY cukup wajar. Partai SBY ini juga sudah ikut mendukung Ganjar di Jawa Tengah. Sudah ada kesesuaian yang lumayan lama. Hal yang sangat pas dalam politik. Lha berbeda saja bisa menjadi kawan dalam politik, apalagi sudah pernah bekerja sama.
Masalah noktah yang biasa dimainkan rival politik Ganjar itu soal KTP-el. Demokrat ahlinya ahli soal menghindarkan dari kasus yang satu ini. Gamawang Fauzi, Marzuki Ali, dan petinggi Demokrat, baik legeslatif ataupun ekskutif aman sejahtera dalam kasus ini. Apalagi capres mereka.
Catatan berat ada pada keberadaan AHY yang sangat rentan untuk diobok-obok partainya. Lihat saja pada awal tahun kemarin seperti apa dinamika yang harus mereka hadapi. Moeldoko dan kawan-kawan kelihatannya hanya iseng, tidak serius, dan selesai begitu saja. Kalau niat, pasti tidak akan mangkir dari sidang yang mereka sendiri awali. Kan tidak serius.
Nah ini, jelas lobang yang sangat besar di manfaatkan rival-rival politik yang ada. Â Malah berat bagi Ganjar.
Kapasitas AHY juga tidak tampak luar biasa. Lebih cenderung hanya karena ada Yudoyono saja bisa eksis. Identik dengan Puan.
Catatan besar adalah, partai yang hendak mengusung, selain Demokrat. Mereka perlu mendapatkan dukungan dari banyak partai lain, atau minimal satu di antara partai besar. Kemungkinan hanya ada Golkar yang sangat terbuka.
Golkar. Krisis pemimpin sejak Abu Rizal Bakri gagal menjadi apapun pada saat pilpres 2014, dengan modal awal cukup menjanjikan. Malah kalah oleh Gerindra dan PAN. Mereka ada di bawah Golkar, namun bisa menjadi pasangan untuk pilpres. Kan lucu.