Usai Nikita Mirzani, Kini Inul Bersikap
Kadang, orang atau pribadi yang bukan siapa-siapa, dianggap sebelah mata, namun malah memberikan pembeda. Tanpa merendahkan dan mau menilai buruk, toh Nikita Mirzani dan Inul Daratista, bukan artis yang banyak dilu-elukan kaum elit dan bahkan sering keluar pemberitaan dengan nada minir.
Mereka bukan wakil dari artis kelas wahid dalam materi sebagaimana Rafi, Nagita, atau Nia Bakrie, yang biasa dikupas soal gaya hidup kelas atasnya. Mengupas salak tidak bisa, atau lagi beli ini dan itu.
Tidak pula dari kalangan artis politikus, sebagaimana Desy Ratnasari, atau Marisa Haque. Atau yang biasa bermain politik sebagaimana Adi MS, Iwan Fals, atau Slank. Mereka berdua, juga tidak termasuk artis yang religiusnya menonjol sebagaimana Arie Untung atau Neno Warisman. Keberadaan mereka sebagai artis biasa.
Nikita vs Rizieq
Hal yang tidak disangka-sangka, ketika Nikita mengatakan tukang obat, reaksi Rizieq dan kawan-kawan begitu luar biasa. Kata-kata paling kasar pun terlontar begitu saja seperti anakan nilai dari mulut induknya. Â Itu semua menjadi pengantara Rizieq masuk bui dengan kelu.
Hujatan yang lahir karena hal yang paling esensial mau ditutupi Rizieq dan tim, malah dikuak, oleh orang yang bukan siapa-siapa bagi mereka. Wajar mereka meradang dengan sangat, karena merasa sangat terhina.
Perlawanannya pada sosok Fadli Zon juga cukup menarik, tantangannya yang tidak akan ditanggapi oleh Fadli, yang jelas tidak akan menganggap ada Nikita Mirzani. Menjawab dan kalah malah menambah malu, menang juga Zon akan dicibir. Cukup heboh dan Fadli ada pada posisi kalah, diam saja tanpa bereaksi.
Kini, Neno Warisman, mengajak boikot mini market atas nama solidaritas. Ironisnya, di Israel sana, mereka sudah gencatan senjata. Tentu bukan ini fokus tulisan ini, namun aksi Neno yang dijawab oleh Inul jauh lebih menarik untuk dibahas.
Inul naiknya di blantikan selebritas negeri ini dihiasi dengan deraian air mata. Ada pihak-pihak mapan yang entah takut kesaing atau apa, menyematkan label moral dalam konteks seni. Lihat saja awal 2000-an. Hal yang identik dengan Nikita, bukan siapa-siapa.
Jawabannya cukup telak, boikot, lha yang memberi makan dan menanggung hidup karyawan yang hidup dari mini market itu siapa? Jawaban atau reaksi sederhana namun sangat mendasar. Cukup membuat Neno tidak akan bisa menjawab jika ia menggunakan nurani. Lain, jika pola pendekatannya nanti soal surga. Kan ada Tuhan, malah mlekotho Tuhan.