Jauh lebih sulit kelompok-kelompok ini, beda denga parpol yang biasanya jelas dan sudah "baku." Â Relasi jabatan dengan dewan itu lebih susah karena berkaitan dengan roda pemerintahan. Bisa berjalan atau mandeg, dan ujung-ujungnya juga doit.
Politik uang. Berlebihan jika bicara demokrasi kita sudah bersih dari itu semua. Seolah sudah menjadi budaya, semua dinilai dari uang. Tanpa amplop mana datang ke TPS. Pemilih pun menunggu siapa lebih gede dipilih. Ini penyakit kog.
Seolah korupsi sudah menjadi darah dan daging perilaku berbangsa kita. Memilukan sebenarnya mengaku religius, dikit-dikit agama, akherat, tetapi yang mendasar saja, maling dengan sebutan yang  keren korupsi masih mendapatkan tempat terhormat.
Hukuman sosial jika diterapkan akan menjadi efek jera. Toh selama ini, usai keluar dari penjara menjadi calon lagi pun bisa dan menang lagi. Memalukan sebenarnya ada tersangka dilantik dari penjara, merasa tidak malu bersumpah, padahal sedang dalam kasus hukum.
Pemiskinan. Jelas akan memberikan dampak. Namun, selalu saja pembelaan karena dibeli menyulitka perubahan hukum untuk menindak lebih tegas lagi. Nyatanya di penjara mereka masih membeli pasal, kamar, dan bisa leluasa keluar masuk sepanjang ada doit.
Penegakkan hukum yang masih tebang pilih. Tidak usah berpanjang lebar karena sangat banyak contoh faktual hal demikian.
Cabut hak pilih. Koruptor jangan diizinkan menjadi pejabat publik lagi, tanpa pembuktian lebih lanjut usai pidana kurungan. Lihat saja berapa banyak pengulangan  perilaku korupsi itu. Usai dipidana, nyalon lagi, menang lagi, maling lagi.
Masalah memang panjang, penegak hukum yang masih banyak yang masuk angin jelas memberikan dampak cukup besar. Namun, jika masyarakat sudah turun dan menjadikan korupsi musuh bersama, dengan tidak lagi memilih mantan terpidana korupsi untuk menjadi pejabat publik, harapan membaik bisa diyakini.
Rasa malu sudah hilang. Memilukan, kala masyarakat agamis, namun sangat toleran pada korupsi. Â Pada sisi lain, menghargai dengan tinggi orang kaya, meskipun hasilnya nyolong. Ini ada masalah dengan cara beragama bangsa ini berarti.
Apa iya, masih akan terus demikian aparat  dan pejabat kita?  Kapan menjadi lebih baik.
Terima kasih dan salam