Peran media. Ini lagi-lagi soal etika. Bagaimana media memberikan judul Bobby menantu Jokowi bla...bla... Lha kan lebay, yang memiliki slip komunikasi  adalah  walikota Medan, apa kaitannya dengan Jokowi coba. Nah Eddy ternyata  juga memanfaatkan ini, saya tidak takut, kamu anak siapa....
Media itu idealnya adalah obyektif, netral, dan tidak tendensius. Memberikan judul demikian, apa artinya? Ya demi mendapatkan klik. Kalau hanya Bobby nanti dikira kucingnya Prabowo mungkin, padahal konteksnya kan Medan dan Sumut.
Persoalan rakyat bisa terabaikan, karena konsentrasi pada keberadaan diri. Publik mengaitkan dengan pilihan mendatang, ini sangat mungkin terjadi di mana-mana. Pilkada dan pilpres membuat kinerja turun.
Konsentrasi dan fokus pada pemilihan bukan pembangunan. Padahal, jika kerjanya bagus, tanpa ngapa-ngapain, juga tenar dan dipilih. Jelas sangat murah jika mau kerja keras dan cerdas.
Pemilihan langsung memang ideal, ketika masyarakat sudah maju, literasi bagus, dan tahu moralitas dengan sangat baik. Nah, parameter itu masih relatif rendah, jadi ya demokrasi yang ada acak kadut, lebih banyak drama, retorika, dan malah kadang adu mempermalukan diri.
Pendidikan politik sangat mendesak. Parpol harus bekerja keras, bukan semata pokok menang, mendapatkan kursi pimpinan daerah. Namun bagaimana publik itu lebih cerdas dan lebih mengerti pemilihan untuk memilih yang terbaik, bukan asal tenar, cakep, banyak muncul di media.
Terima kasih dan salam
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI