Ketiga, yang dijadikan rival adalah pemerintah yang sah, dan mereka ini bukan partai politik. Jika memang mereka ksatria ya daftarkan jadi partai politik. Mengaku memiliki anggota banyak, mengapa tidak berani menjadi partai politik dan ikut pemilu.
Keempat, sikap ini bertentangan dengan alam demokrasi. Ingat, demokrasi itu memiliki aturan yang jelas. Ketika menang pemilu, mau diakui atau tidak, ketika konstitusi menyatakan sah, ya semua harus tunduk. Mereka ini tidak mau, malah menuding pemerintah yang salah. Kembali ini soal konsensus, dan kesetiaan azas. Mereka tidak memiliki.
Kelima, keberadaan FPI dan Munarman ini memang menjawab apa yang dimaui massa mereka. Tidak soal benar atau tidak, namun bagi mereka massa mereka ikut dan percaya. Termasuk diperintahkan untuk mati sekalipun.
Jika kaum muda, terdidik, dan memiliki pengetahuan saja bisa terkecoh, bagaimana yang tidak terdidik dan mau membaca serta berpikir kritis. Apa yang perlu dibuat?
Narasi kebaikan dan kebenaran yang universal. Mengapa demikian? Semua bisa menglaim diri benar. Namun bagaimana benar itu berhadapan dengan benar yang universal. Munafik jelas tidak ada kebenaran sama sekali.
Ini yang harus dijelaskan bagi kaum muda. Perlawanan yang tidak pada tempatnya jelas perlu menjadi bahan untuk memberikan pemahaman kepada mereka, sehingga utuh yang mereka kenali.
Pendidikan dan literasi. Ini sangat penting. Pendidikan bangsa ini masih cenderung hapalan, apa yang di depan mata. Sedikit saja ada kamuflase sudah buyar. Mereka, FPI dan Munarman itu tahu betul.
Kaum muda diajak kritis melihat, Benar tidak ini perjuangan, agama, atau politik-ideologis, atau bahkan uang. Ini sangat mudah diketahui.
Rekam jejak menjadi modal utama untuk menjadi bahan pertimbangan. Perjuangan baik tidak akan menggunakan jalan buruk. Â Ini modal awal untuk menilai dan melihat itu baik atau tidak.
Kebersamaan, kerukunan, dan kedamaian menjadi yang utama. Emosional, kekerasan, dan caci maki, apa iya itu jalan perjuangan dan kebenaran?
Menjadi lucu, ketika di sekolah guru menyentil siswa saja geger, eh ada ormas dengan membawa-bawa pedang ke mana-mana dianggap pejuang. Sampeyan waras?