Kemarin, AHY menyarankan pemerintah menanggung kehidupan keluarga korban kapan selam yang menjalani patroli dalam keabadian. Hari ini langsung dijawab Presiden Jokowi mengatakan, anak-anak para korban kapal akan dibiayai hingga pendidikan S1. Para korban juga mendapatkan kenaikan pangkat satu lebih tinggi.
Jawaban langsung tanpa lama. Lha istri terduga teroris yang meratapi hutang saja oleh Presiden Jokowi langsung dibantu. Apalagi ini aparat yang sedang menjalankan tugas. Berarti menjalankan perintah negara. Aneh kalau tidak mendapatkan jaminan bagi kehidupan keluarganya untuk ke depan.
Apa yang disampaikan AHY susah melihat itu bukan politis. Ingat ia adalah ketua umum partai, salah seorang yang ngebet menjadi calon presiden sejak sebelum 2019. Nah susah melihat ini sebuah ungkapan tulus dan prihatin atas keberadaan keluarga prajurit AL.
Beberapa kali, Demokrat, kader, dan termasuk AHY, menggunakan kejadian secara politis. Ingat ketika bencana beruntun dan juga pesawat jatuh, apa yang ia katakan? Itu belum lama kog. Meminta presiden evaluasi diri. Kejauhan.
Kemarin pun Roy Suryo ini, juga mantan kader Demokrat menyamakan kapal yang masih hilang dengan Masiku dan truk KPK. Ia lupa panci Kemenpora "raib." Bicara memang mudah.
Nah, ketika presiden sudah menyatakan hal  itu, penting adalah aplikasi di lapangan. Ini cukup panjang, dua tiga periode presiden sangat mungkin. Jangan sampai nantinya, hal yang sangat penting ini malah susah dirasakan oleh anak-anak pahlawan ini.
Pemerintah saat ini sangat mungkin masih bisa diyakini, lha apakah ke depan nantinya masih akan "baik-baik" saja. Ingat, banyak hal bisa terjadi. Akan ada akta atau hitam di atas putih itu pasti. Tetapi, bisa dipahami bersama bagaimana selama ini hidup bersama kita itu terjadi.
Kita tentu melihat, bagaimana banyak ketidakadilan. Siapa yang berjasa malah merana dan siapa yang tidak berbuat apa-apa berjaya. Jangan sampai ini terjadi. Sejarah panjang bangsa ini, perjuangan kemerdekaan dan kemudian tunjangan veteran. Korban G-30 S, atau malah para maling berdasi. Pun demikian atlet dan pengurus.
Kebijakan pun demikian, sudah sangat bagus. Toh aplikasi di lapangan jauh dari itu semua. Jangan sampai mereka kehilangan masa depan karena ketamakan oknum lagi. Mengapa lagi? Coba jika maling itu mengurangi katamakannya, bangsa ini sudah sangat maju dan kaya raya. Tidak akan ada kapan puluhan tahun masih melaut.
Terima kasih dan salam