Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Akankah Gereja Katolik Mengalami Revolusi Kedua?

15 April 2021   12:41 Diperbarui: 15 April 2021   12:51 547
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: obormedia.com

Ketiga, hal yang sangat dinamis, namanya juga lembaga manusiawi, Ilahiah itu perlu penafsir, dan berbeda itu mungkin. Tetap manusia dengan segala masa lalu dan pengetahuan serta pengalamannya. Bisa salah, bisa benar, bisa keduanya. Pihak lain juga sama saja.

Keempat, jembatan antarapersonal kini pastinya jauh lebih cair dan hangat, tidak sekaku dan sesaklek era dulu, apalagi jika hari-hari ini, Paus Fransiskus dari daratan dunia ketiga. Arogansi dan model pokok e jauh lebih kecil. Toleran dan sangat terbuka untuk berdiskusi.

Kelima, Paus Fransiskus mengatakan, menghargai pilihan cinta sejenis, untuk didampingi agar hak mereka terpenuhi, tentu saja bukan dalam konteks hak menikah di dalam Gereja. Ini salah satu  yang menjadi upaya gereja Jerman agar Vatikan mengubah kebijakan ini.

Harapannya sih, ketika pernah terjadi pemisahan yang sudah 500 tahun masih juga menyakitkan. Apa mau diulang. Jika terjadi, sama juga dengan Inggris dan Anglikan, imam prempuan, dan pernikahan sejenis menjadi legal.

Lha apa iya, hanya persoalan semacam itu, bukan hal yang sangat mendasar, kemudian terjadi pemisahan. Ini hanya soal kemanusiaan, dan ujungnya HAM, padahal ada yang jauh lebih fundamental. Tentu tidak bisa mengesampingkan, bahwa percintaan sejenis, kadang hanya karena emosional dan gaya hidup.

Yang lebih hakiki, bagaimana mereka bisa menghasilkan keturunan, sebagaimana salah satu tujuan perkawinan Gereja Katolik, dan ada di dalam Kitab Hukum Kanonik. Bagaimana hal ini bisa dipertaggungjawabkan oleh para  pendukung gerakan pernikahan sejenis.

Emosional kadang membuat rasionalitas menipis, bahkan hilang. Jangan karena berpikir, membela HAM, kemudian menafikan hal yang lebih mendasar dan sangat fundamental. Layak ditunggu bagaimana ke depan dan masa depan Gereja menghadapi "badai" seperti ini.

Akankah reformasi jilid II dari Jerman juga akan menghasilkan  ajaran dan agama baru?   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun