Hambalang dan Ibas, Tanda Perang Puputan Demokrat
Pantun berbalas ala Demokrat masih berlanjut. Usai SBY membuat puisi sahabat yang melukai, kini kubu KLB membuat keterangan pers di Hambalang. Awalnya, pada keterangan sebelum acara, alasan yang dikemukakan, adalah tempatnya terbuka. Sangat pas dengan kondisi pandemi.
Di dalam acara, keterangan mengenai tempat itu sangat menohok. Ini adalah benar-benar Hambalang Lautan Api, puputan Hambalang, atau Perang Habis-habisan ala Demokrat. Mengapa demikian?
Pertama, Hambalang. Semua paham betapa sensinya kader dan elit Demokrat ketika ada penyebutan Hambalang. Apalagi jika itu menyangkut pemerintah. Masih ingat mungkin tahun 16 ketika SBY tour de Java, Pak Jokowi datang ke Hambalang, hanya geleng-geleng kepala. Langsung turnya selesai.
Kader-kader level top masuk bui karena kasus Hambalang. Anas, Angelina Sondag, Nazarudin, dan masih ada lagi. Mereka ini ramai-ramai menyebut satu nama yang masih bebas. Nah ini berkaitan dengan nomer dua.
Kedua, penyebutan dan menyeret paksa Ibas. Tentu SBY tahu siapa Ibas, usai AHY habis dijadikan bulan-bulanan, kini sang adik pun akan diperlakukan demikian. Ini jelas berkaitan dengan kasus Hambalang, karena fakta persidangan, semua pihak menyebut nama Ibas.
Apakah ini rekayasa atau tidak? Ya pengadilan yang memberikan putusan, bukan asumsi dan juga tidak klaim sepihak.
Siapa sih bapak yang tidak habis hatinya, ketika melihat buah hatinya dijadikan sansak oleh rival-rivalnya? Dua-duanya lagi.
Jelas ini adalah pilihan politis menjadikan Hambalang sebagai tempat keterangan pers. Max Sopacua selaku Ketua Dewan Kehormatan mengatakan, dari sinilah kemerosotan Demokrat, dan dari tempat yang sama menjadi titik balik untuk kembali pada kejayaan pada 24 mendatang. Menarik pilihannya.
Dua simbol strategis yang sangat menohon, ini adalah jantung dan hati SBY. Di mana puteranya menjadi fokus pusaran korupsi, dan satunya adalah kawasan dan bangunan yang mangkrak karena urusan korupsi. Fakta yang sangat jelas enggan SBY lihat dan perhatikan.
Pilihan politis yang sangat keras dan tegas dari kubu KLB. Tekanan yang dijawab Moeldoko dulu ternyata makin menusuk dan menyasar pada inti dari Demokrat itu sendiri.