Entah sampai kapan Demokrat bisa tenang. KLB yang bagi kubu AHY adalah ilegal. Toh pemilik suara sudah menyerukan kehendak mereka. Hari ini terjadi demikian. Kala Andi Arief mengaku akunnya dibajak, hal yang naif, toh di Sumut KLB akan berlangsung.
Andi Arief ini salah sebenarnya, posisi kubunya itu kini pada keadaan lemah. Maunya menjual derita, apa daya malah menjadi obyek cercaan. Lihat saja lebih banyak mana yang membela atau malah memihak untuk KLB. Arahnya makin jelas.
Kondisi 2004 berbeda dengan 2021 ataupun 2024. Pada 2004 Demokrat memerlukan sosok besar yang bisa menjual. Usai sipil dirasa tidak memberikan jaminan, figur militer sangat menggoda. Apalagi permainan ciamik memainkan politik korban sangat melambungkan SBY.
Pembicaraan hanya via media. Televisi pun belum semasif sekarang. Media sosial masih cukup terbatas. Â Kini, media berlomba-lomba menjual kecepatan. Ini yang fundamental membedakan. Smua pihak dengan gencar menjual kebenaran dan klaim versi mereka. Nah, ketika publik memihak, dan itu menjadi pendengung, jangan kaget, malah seolah menjadi bumerang. Senjata makan tuan.
Pengulangan oleh SBY makin menjadi-jadi. Reputasi AHY dipertaruhkan, bukannya membantu malah menejerumuskan. Sama kuatnya dengan narasi pihak proKLB yang menguak satu demi satu tabiat SBY. Hal yang biasa saja dalam berdemokrasi yang masih kanak-kanak.
Sejatinya AHY bisa dengan semangat demokrat, muda, dan visioner menjawab tantangan KLB dan ikut menjadi kandidat. Dengan demikian, ia benar-benar terbukti memang dipercaya kader dan mampu meyakinkan pihak yang berseberangan.
AHY mencari pembenaran bukan menegakan kebenaran
Ia bersafari pada pihak yang seide dengannya. Sama juga dengan meniup luka. Bisa infeksi namun memang nyaman, tapi tidak menyembuhkan. Benar dengan demikian, mendapatkan legitimasi, tetapi kan tidak mengubah keadaan.
Orang marketing yang menjual di mana kawasan itu memang pelangganya tidak akan puas. Berbeda ketika bisa menjual di mana rival yang menguasai pasar. Nah pada yang berseberangan ia main pecat, dan sowan pada yang segagasan. Ini biasa bias. Lihat saja para pendiri mengatakan SBY adalah inisiator, pencipta lambang-bendera, dan mars Demokrat. Itu sah-sah saja.
Tetapi ada juga dan itu tidak kalah kuat yang mengatakan SBY datang ketika sudah verifikasi, artinya jelas bukan pendiri. Ini juga kuat terdengar. AHY jauh lebih bijak ketika merangkul pihak ini untuk bersama-sama membesarkan partai. Lha malah mendepak.