Kecepatan media informasi era modern ini bagi pemain politik korban bermakna ganda. Sesaat dapat mendapatkan simpati, namun dengan cepat bisa pula terdampak karena penemuan baru, sisi lain yang terungkap. Model koran tidak bisa demikian, sekali dimuat, baru esok harinya ada pembanding dan belum tentu terbaca.
Internet  pembanding itu hanya trtinggal sekian detik saja. Penyajian bantahan atau pro pun dengan hitungan detik sudah bisa terpampang dengan sangat gamblang. Publik hanya memilah dan memilih mau ikut yang mana.
Jejak digital  tidak pernah bisa dihapus, dan ini menjadi celaka jika tidak hati-hati dalam bermain narasi.  Karena dengan mudah akan disandingkan dengan narasi pada waktu lain. contoh Anies soal kolam hasil banjir 2020 dan 2021 yang bertolak belakang. Anak bahagia dan bahaya. Jejak digital sangat kejam jika tidak konsisten.
Apakah benar buzzerRP atau orang yang sudah jengah dengan model drama Demokrat? Keduanya sangat mungkin terlibat dan berkolaborasi. Siapakah buzzerRP ya silakan terjemahkan sendiri. Siapa yang jengah dengan laku Demokrat? Ya orang yang tidak suka dengan cara mendramatisir keadaan. Ini bisa juga orang yang dulunya simpatisan, bahkan kader sekalipun.
Sayang, Demokrat yang segede itu kini merana dan menjadi parpol menengah bawah. Susah melihat bisa melonjak lagi jika melakukan hal-hal yang ngaco terus seperti selama ini. Ubah pendekatanya bisa jauh lebih efektif.
Menyasar dan menyerang Jokowi dengan segala cara toh telah gagal, malah cenderung membuka catatan buruk sendiri. Mosok juga mau diteruskan, apakah tidak ada evaluasi bahwa cara ini telah gagal. Tentu bukan menyatakan Jokowi telah sempurna, tetapi justru kekuatan Jokowi yang dihajar, ini sia-sia. Masih banyak celah yang bisa dieksplorasi, namun malah dibiarkan saja.
Menjual derita telah publik pahami dengan sangat mudah. Lha apa ya mau terus-terusan dipakai. Apalagi ketika rencana itu buruk dan berantakan. Masih banyak cara dan jalan untuk mencapai tujuan, tidak usah mengulang-ulang cara usang.
Menuding buzzer, menyoal istana, pemerintah, itu telah terbukti tidak banyak membawa dampak baik, mengapa dipaksakan terus? Pembicaraan tapi cemar lha apa iya masih mau dipertahankan?
Terima kasih dan salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H