Tujuh, bukti bahwa Demokrat dan elitnya lupa, bahwa ini era modern, sangat terbuka. Di mana data, fakta, dan bukti itu sangat mudah diakses dan ditemukan. Pola pikir jadul yang diterakan pada semua khalayak, ini blunder bagi Demokrat sendiri.
Delapan, pengkhianatan atas nama Demokrat sendiri. Semua membutuhkan beaya, tetapi bukan begitu juga caranya. Bagaimana uang yang seharusnya untuk pembangunan, menyejahterakan rakyat malah kesasar demikian.
Sembilan, apa sih sumbangsih yayasan yang didirikan itu? Kiprah mereka hampir tidak terdengar, kecuali aksi AHY sendiri. Lha kalau itu mengapa harus mengambil jatah milik masyarakat Pacitan?
Menunggu klarifikasi SBY yang pastinya tidak akan jauh-jauh dari ini fitnah yang mau menjatuhkan keluarga saya, ini tidak benar, saya bisa jelaskan, tetapi tidak baik bagi masyarakat. come on Pak Beye, Tuhan tidak suka.
Makin sulit melihat keadaan ini, dengan kepemimpinan AHY dengan bayang-bayang gede SBY, terlihat pengulangan pernyataan yang pernah AHY lakukan. Dua hal lobang menganga lebar yang sangat berat diatasi.
Pertama kepemimpinan AHY yang dibayang-bayangi dengan ketat SBY. Sama juga dengan orang berlari dengan tujuan yang didiktekan, lha konsentrasi buyar, karena kacau dengan visinya sendiri. Pak Beye biarlah ketuanya bekerja, Pak Beye mandita dan menjadi penasihat bangsa, bukan hanya partai. Jauh lebih bermartabat dan terhormat, tinta emas mencatat, bukan malah caci maki yang terlontar.
Baperan, menuding istana mau mengudeta, ternyata memang keadaan internal gawat. Konsolidasi bukan malah konfrontasi. Ini kesalahan mendasar pemimpin
Keuangan. Babak belur katakan tidak pada korupsi itu belum sirna. Eh malah kini kembali dengan dugaan aliran APBN. Miris jika benar demikian. Semoga tidak.
Terima kasih dan salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H