Puncak kekacauan beragama ada pada pilkada DKI 2017. Itu luka sejarah dan luka bangsa karena penggunaan ayat dan mayat dalam pemilu. Syukur bahwa hal yang sama mau diulang untuk pilpres 2019 dan gagal. Kesadaran itu sudah terbangun. Apalagi hasil kinerja pemenang mayat dan ayat itupun sangat buruk, selesai sudah.
Impian anak seluruh negeri kini akan bisa tergapai. Kemampuan, prestasi, dan rekam jejak, bukan mengenai asal-usul, kabel, dan tetek bengek yang tidak penting lainnya. Pilihan berat dan  susah payah sudah dilakukan Jokowi. Proses panjang untuk  mengembalikan Pancasila pada kedudukan yang semestinya.
Salah satu tugas amat berat telah menemukan titik terang. Kerja keras dan cerdas sekian lama membuahkan hasil. Tidak bisa serta merta, namun memangkas akar-akar  liar yang tidak mudah karena sudah menyusup ke mana-mana dan itu tentu lebih rumit dari sekadar memenangkan pemilu.
Pemikiran matang, hati-hati, memilih personal yang mumpuni untuk bisa membawa Pancasila pada posisinya kembali. Itu harus dengan rahasia dan pelan namun pasti. Terucap sedikit saja bisa berabe, dan syukur bahwa akhirnya bisa mengembalikan hakikat Pancasila.
Negeri Bhineka Tunggal Ika itu kembali menyinarkan harapan untuk pengabadian siapa saja dan di mana saja, sepanjang kompeten dan mampu setia pada bangsa dan negara. Â Pekerjaan masih banyak, tetapi pelan namun pasti bisa dijalani.
Terima kasih dan salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H