Praperadilan Rizieq Shihab Ditolak  dan FPI Masa Lalu
Penolakan atas praperadilan Rizieq Shihab membawa banyak implikasi dan menunjukkan beberapa hal lain yang patut dilihat. Sejak sepinya pendukung menghadiri persidangan, penolakan banyak pihak untuk menjadi pengacara, bahkan saksi seperti Rhoma Irama sebenarnya sudah memberikan bagaimana ujung orang kuat ini akan berakhir.
Orang yang aman dan potensial menang, akan banyak pengacara mendampingi. Melihat penolakan demi penolakan, mulai Hotman Paris kemudian menyusul Yusril Ihza Mahendra memberikan sebuah signal bahwa kondisi pemakai jasa ini sangat berat. Apalagi diperparah dengan pembekuan rekening bank. Sangat mendasar, kekuatan uang itu segalanya. Ingat, bukan menuduh suap, bayaran profesional pengacara juga tidak murah.
Di dalam proses, mengupayakan  Rhoma Irama sebagai salah satu saksi ahli saja ditolak, meskipun dengan bahasa halus. Akhirnya sama, penolakan. Salah satu  upaya yang cukup menentukan telah gagal lagi, susah melihat ada hasil yang memuaskan dan sesuai dengan keinginnya.
Malah sudah ada satu tambahan kasus baru menjadi tersangka dalam peristiwa di RS UMMI menyeret pula direktur dalam masalah sekaligus kena covid. Melihat satu kasus kerumunan di Petamburan tidak menang, susah mengharapkan kasus-kasus lainnya akan bisa mengupayakan bisa lolos.
Putusan hakim susah dibantah, ketika proses dan prosedur yang digugat itu mentah karena perbuatan Rizieq sendiri. Mangkir dua kali dan itu justru kelemahan. Bagaimana ia mau menggugat hak, pada sisi lain ia mengabaikan kewajiban sebagai warga negara. Benar bahwa ia juga berhak untuk tidak datang, tetapi sebagai warga negara yang baik ia juga berkewajiban membantu polisi di dalam mengupayakan kebenaran.
Dampak besar  dan kerja keras dan komprehensif yang memang serius digarap pemerintah. Sebenarnya memilukan, ketika menghadapi satu orang saja, Rizieq, namun semua elemmen bangsa harus dikerahkan. BNPT, PPATK, polisi, kemenkum HAM, kemendagri, kemenkopolhukam pula. Ini jelas tidak  efisien, namun memang harus demikian, karena Rizieqnya satu, namun teman dan pengguna jasanya luar biasa kuat. Jangan naif dan malah menjadikan seolah Riizeq itu besar dan kuat. Tidak sepenuhnya demikian.
Rizieq ini hanya pion, namun di balik reputasinya itu banyak orang kuat dan gede. Nah demi mengamankan mereka ini, para pengikutnya membuat narasi kalau Rizieqlah yang besar. Pertama ada nama Jusuf Kalla bahkan mengaitkan dengan kekosongan pemimpin segala. Sebelum semua keadaan berbalik arah.
Terbaru kader PKS yang menilai Rizieq adalah mutiara. Lha kalau mutiara mau masuk penjara mengapa mereka tidak membela? Ini hanya sebuah pembesaran sosok Rizieq sehingga tidak akan menyasar para bohir yang biasa memakai jasanya.
Kerja sporadis yang tidak kenal lelah. Seolah senyap namun itu semua dalam sebuah skenario yang sangat besar. "Pembiaran" penjemputan dan seterusnya itu bagian dari rencana sangat besar. Lihat saja bagaimana aksi dan reaksi para politikus kemarin sore yang sudah ramai-ramai caper dan kemudian jadi jiper.
Data demi data kemudian muncul. Adanya sekian banyak anggota mereka berafiliasi dengan terorisme, penguasaan lahan di Megamendung puluhan tahun, kotak amal yang berkitan dengan jaringan mereka, dan kepemilikan senjata api yang susah payah mereka mau bantah.