Sangat mungkin Risma memang tidak mampu mengatasi kemiskinan yang di Surabaya karena adanya keterbatasan kewenangan, anggaran, dan tentu juga fokus kerjanya. Lain ketika menjadi menteri, malah salah ketika ada kantong kemiskinan di depan mata namun dibiarkan. Siapa yang abai dan siapa yang kerja kog malah ngaconya ke mana-mana.
Apa yang terjadi itu soal politik. Bagaimana mau membenamkan Risma sedini mungkin karena potensi menjadi calon potensial di RI-1 atau RI 2 makin terbuka. Atau minimal di DKI Jakarta, mereka pasti akan memainkan narasi perempuan tidak boleh jadi pemimpin. Toh mereka sendiri tidak konsisten, ingat siapa yang diajukan menggantikan Fahri Hamzah hingga akhir zaman juga tidak kelakon itu? Perempuan bukan?
Membuat kerdil Risma sejak awal jelas lebih menguntungkan, dari pada memadamkan kebakaran, lebih baik kan meniup api yang masih kecil. Jangan lupakan, ini adalah narasi nasionalis versus ultrakanan.
Dua kecemasan yang ada di dalam benak elit PKS, pilkada DKI mau 22 atau 24, jika reputasi Risma dibiarkan, bukan tidak mungkin ia "didegradasi" ala Khofifah untuk menjadi gubernur. Pembenahan Jakarta itu  perlu petarung dan itu ada dalam diri Risma. Apalagi jika makin moncer dan sangat mungkin terbuka pada tataran nasional. Artinya makin banyak musuh yang sangat berat bagi mereka.
Aneh dan lucu, ke mana KS melihat sepak terjang para menteri yang tidak bekerja, kinerja buruk, dan tidak membawa dampak. Mengapa malah menghajar para pekerja keras?
Khas oposan di mana dengan itu mau mendompleng nama demi memperoleh panggung. Menghajar yang sudah memiliki nama dan reputasi. Ala-ala pegiat bloger dan media sosial. Mudah dan murah, demokrasi ala kepiting ini.
Kader mereka memang solid, namun kinerjanya dengan sangat terpaksa, maaf tidak ada yang moncer di dalam kinerja atau prestasi. Semua hanya prosedural dan selesai masa jabatan tanpa ada yang baru apalagi moncer.
Politikus dan birokrat  kinerja dan berprestasi saatnya muncul ke atas permukaan. Abaikan saja teriakan namun kosong dalam alasan apalagi bukti kerja. Jangan takut, gaung mereka nol besar di dalam hidup nyata, hanya ada dalam pemberitaan dan percakapan media sosial. Telah terbukti dalam banyak kali pemilihan, terutama pilpres bagaimana mereka jauh hari sudah menawarkan kadernya toh semua hilang dari sekadar percakapan.
Terima kasih dan salam