Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ormas Terlarang, Prabowo Dilema Antara Fadli Zon atau Saras

3 Januari 2021   13:33 Diperbarui: 3 Januari 2021   13:44 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Peradilan, kepolisian, dan aparat sering ciut nyali ketika mereka melakukan aksi. Pengerahan massa dan bukan tidak mungkin akan timbul kerusuhan. Kembali rekaman peristiwa yang menyangkut mereka sangat panjang.

Ke mana Prabowo? Salah satu tugas utama Menhan jelas adalah soal keamanan, mau luar atau dalam asalnya rongrongan atau gangguan , tetap saja stabilitas dan kedamaian itu menjadi prioritas. Bagaimana pertanggungjawabannya sebagai pejabat publik atas provokasi salah satu orang terdekatnya? Ini bukan soal kontroversial bumbu demokrasi semata.

Potensi aksi terorisme bukan barang sederhana dan sepele. Kaitan banyak, salah satu adalah pidato dan pengakuan berafiliasi pada DAESH, yang diputar dalam konperensi pers soal sikap resmi, final, dan puncak mengenai ormas ini oleh pemerintah. Jelas arah dan afiliasi mereka. Pun penangkapan demi penangkapan pelaku dan calon pelaku banyak yang berkaitan dengan ormas ini.

Ali Imron, salah satu anggota teroris bersama Imam Samudra, mengatakan  susahnya menjadi agen deradikalisasi seperti dirinya adalah, masih banyaknya penganut dan bahkan provokator bahwa teroris itu rekayasa. Atau dalam bahasa lain masih ada yang memberikan oksigen bagi pergerakan teroris yang sudah sangat terdesak dan ngap-ngap karena nafasnya mau putus. Salah satu ya model Fadli Zon ini, yang membela bak babi buta hanya karena mau berbeda dengan apa yang pemerintah putuskan.

Oposan dan berbeda pandangan, pilihan, pendapat itu sah dan bahkan bagus dalam alam demokrasi, tetapi bukan ngasal berbeda dan waton sulaya. Konteks-konteks kritis seperti terorisme, bahaya negara, sangat nai bicara demokrasi. Ini sama saja ada rumah terbakar malah bicara airnya kotor nanti membuat gatal tangan dan badan. Rumah kadung habis masih berdebat airnya membuat gatal atau tidak.

Membedakan mana yang pokok dan tidak saja masih pada bingung. Bagaimana bicara solusi, kepemimpinan, dan pemerintahan. Hal yang mendasar saja masih ngaco.

Terima kasih dan salam

Susy Haryawan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun