Kata-kata Terlarang untuk Orang Tua
Menemani masa senja orang tua itu unik. Susah mengatakan pada yang tidak mengalami. Ibu kemarin usai 81 tahun. Agustus kemarin operasi tulang pangkal paha karena jatuh. Alasan jatuhnya itu bagi yang muda menjengkelkan, mau menengok keponakannya yang operasi. Semua kerabat sudah tidak memberi tahu, karena sudah tahu kebiasaan ibu.
Namanya juga orang, mana bisa semua diberitahu untuk menyimpan rahasia. Ada satu orang yang sudah terkenal biang gosip bertanya, sudah dengar belum kalau keponakannya operasi. Langsung saja berangkat, padahal dengan adanya diabetes, sehari ada kegiatan tiga tempat, meskipun dekat toh menguras energi juga.
Apa yang paling anti bagi Ibu adalah kata-kata tua. Padahal kata itu seolah mantera bagi yang muda, mau keponakan, anak-anak cucu juga mengatakan itu, sudah tua mbok sudah, sampun sepuh, mbok sampun, atau pokoknya nasihat saleh dengan kata tua. Malah tidak berguna. Awalnya tidak tahu. Biasa saja mengatakan, sudahlah sudah tua, waktunya mnikmati hidup. Ternyata wajah dan bahasa tubuhnya memperlihatkan keengganan, kalau tidak berlebihan dikatakan marah dan jengkel. Itu sih kasus per kasus dan kebetulan ibu demikian.
Ada yang tampaknya akan diiyakan bagi banyak orang tua adalah ini, ketika berjumpa bertanya mengenai,
Kedatangan anak yang ini, itu, Mas atau Mbak itu kapan datang, kog Mbak itu gak kelihatan. Momen Hari Raya, Natal atau Idul Fitri basa-basi demikian seolah wajar dan normal. Apakah demikian? Â Sama sekali tidak. Kemarin, ngobrol banyak dengan kakak, karena ucapan ulang tahunnya disambung dengan tanya kakak nomer satu sudah datang. Hal sepele sebenarnya. Â Apa iya? Tidak.
Orang tua, di balik diamnya merasakan, memikirkan, dan itu kadang sangat berat bagi mereka. Apakah sakit, jangan-jangan kekurangan, dan sebagainya. Padahal sangat mungkin  sedang enak-enaknya dengan keluarganya.  Itu tidak salah bagi orang tua, pun anak. Mereka punya tanggung jawab sendiri, orang tua mungkin paham, tetapi pas ada yang bertanya sangat mungkin berbeda pikirannya.
Alasan ketidakdatangan juga sangat beragam. Kalau baik-baik saja  mungkin tidak masalah, hanya akan mengatakan kebangeten, keterlaluan. Lha kalau tidak ada beaya atau sakit. Kan ribet. Pemikirannya bisa ke mana-mana, bisa menjadi masalah lebih gede, yang awalnya baik-baik saja.
Memuji keberhasilan dan kesuksesan anak mereka. Belum tentu keadaan itu tampak sebagaimana penilaian kita. Â Bisa saja ada yang sukses ada pula yang biasa saja. Orang tua terbebani dengan yang tidak luar biasa. Fokus justru pada yang biasa atau kurang. Jangan malah maunya basa-basi membuat emosi.
Atau malah yang kita puji itu padahal di depan orang tua sebaliknya. Tidak tahu kepada orang tua misalnya, atau malah mempermalukan dengan aneka tindak tanduknya. Kita hanya tahu sebagian, tidak seluas pengetahuan mereka. Relatif akan sama demikian itu yang dirasakan, dialami, dan dihayati orang tua.
Memang, ada orang tua yang pamer kesuksesan anak dan menyembunyikan kegagalan anak yang lain. Itu beda kasus dan pembahasan. Fokusnya adalah sikap kita dalam berbasa-basi agar tidak malah membuat canggung, apalagi luka batin bagi yang kita kunjungi atau temui.