Pilihan-pilihan susah karena tidak merasakan kekurangan oksigen dan berpikirnya praktis. Kadang orang salah melihat kepraktisan itu dengan cara menebang pohon, lebih banyak cor dan beton dari pada tanah yang kotor, becek, dan tidak rapi.
Bersahabat, hidup bersama, dan akrab dengan alam, salah satunya adalah kotoran daun yang gugur, lumpur tanah, dan juga kotoran ulat. Itu semua adalah konsekuensi logis atas oksigen yang kita dapatkan. Pohon yang semakin jarang itu bencana lho.
Lihat saja ketika covid merajalela, perlu ventilator dan tambahan oksigen, itu berbayar semua. Lha ketika masih gratis, hanya perlu menyapu saja enggan. Lebih aneh lagi sewot melihat orang menyapu. Kan aneh, wong tidak minta bantu, tidak juga mengeluh kog. Berbeda kalau saya menjadikan pohon sebagai bahan untuk curhat, lha saya menikmatinya malah.
Lebih lucu kalau ada buahnya, hasilnya ikutan minta, he..he..he..menanam enggan, tetapi ketika tetangga punya mau hasilnya, daunnya ngoceh.  Lucu tapi  itu fakta yang memang benar terjadi. Kini dengan kesukaan orang bertanam karena terpaksa ngendon di rumah kena pandemi, ada harapan bahwa orang makin menyukai tanaman, bukan menebang, namun menanam.
Mencintai bumi dan tanaman mau juga susah payah membersihkan dan merawat, wajar karena sudah pula mendapatkan oksigen tanpa harus membayar. Air lebih segar pula dari  air tanah karena resapan pepohonan.
Selamat Hari Pohon Internasional
Selamat Hari Menanam Pohon Nasional
Terima kasih dan salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H