Untung Ada Jokowi
Beberapa hari ini, para pendukung Jokowi mulai mengungkapkan kejengkelannya. Aneh dan lucu jika mau sabar sedikit melihat fenomena yang terjadi. kesuksesan iklan sabun cabang sebelah yang mau memisahkan Jokowi dan pendukungnya mulai panen. Kegalauan ini sejak UU Ciptaker yang memang banyak permaian dan kepentingan yang ujung-ujungnya memang memojokan presiden.
Acara keagamaan dan pernikahan dikritik, langsung saja menyebut pilkada dan nama putera Jokowi yang menjadi sasaran. Padahal banyak pula kampanye dan aksi pilkada lain, memang sasarannya jelas siapa. Pion-pion ini kan bekerja dan bersuara keras dan lantang. Soal pemesan duduk di balik ruangan mewah mereka sambil sembunyi. Lapangan sukse mereka turun panggung dan menglaim karena jasa mereka.
Masalahnya, kalau gagal? Pion dan anak buah bidak ini siapa yang bertanggung jawab? Ya Jokowi lah. SOP-nya kan begitu. Mau lewat tol, lewat sungai, lewat laut, lewat udara, satu tujuannya Jokowi. Benar dijadikan salah, apalagi salah ya sudah pasti Jokowi. Lengser pokoknya.
Bayangkan, kalau Jokowi turun tangan, pasti akan menjawab intervensi, itu kewenangan daerah, kepala daerah yang memberikan izin, disposisi, atau apapun pokoknya, Jokowi keliru. Ketika daerah dan kepala daerahnya diam saja, memberikan izin sekalipun, Â kembali Jokowi ki piye, pemerintah lemah, ngdepin ormas saja gagal. Itu namanya lhadhuk.
Mereka pinter memainkan narasi. Sekali dayung dua pulau terlampaui. Kali ini cukup sukses, toh tidak guna, wong legitimasi pemerintah bukan kata pendukung apalagi oposan. Berbeda ketika mau pemilu itu bisa berdampak banyak. Apa juga gunanya berulah demikian, demi mau mendegradasi nama baik, atau mau melengserkan pemerintah, itu tidak mudah. Era berganti jangan main sama dengan waktu-waktu lampau.
Kesalahan Jokowi
Entah ini salah, atau karena pilihan. Selalu mendiamkan saja perilaku nglamak, ngelunjak, dan tidak tahu adat. Pola pikir yang demokratis sejatinya, tetapi di tengah manusia-manusia nirotak, yang maunya pokok e, ya susah. Â Hal demikian kalau tidak diselesaikan, kasihan penggantinya, apalagi presiden mendatang baperan.
Sekali saja bersikap tegas dan lugas, ingat seperti kasus Hambalang, membuat SBY diam seribu bahasa. Menjawab demikian kadang-kadang penting. Asal tidak terlalu samar. Ada kejelasan yang terpampang. Maklum rakyatnya masih pinjam istilah Prab, masih belum pintar.
Tidak semua hal perlu direspon memang benar. Konsentrasi bekerja dan bekerja, tetapi rakyatnya masih kepo dan sotoy, perlu ada kejelasan sikap. Memang akan menghabiskan energi, apalagi anak buahnya, kabinet apalagi parpol enggan andil sama sekali.
Kabinet dan parpol selalu saja gagap menghadapi serangan. Semua dibiarkan Jokowi menahan itu sendirian. Mendagri, polisi mentereng lho, diam saja melihat kepala daerah, ntrunyak seperti itu. apalagi partai politik, jangan harap banyak. Di daerah DPR-D-nya setali tiga uang, atau jangan-jangan tidak tahu tugasnya juga.