[Humor Kompasianival] Pilihan pada Suhu Felix Tani
Selamat kepada para Nomonator Kompasianival 2020.
Artikel ini serius mendukung Profesor Felix Tani, tetapi isi dan narasi yang membangun kesimpulan mengapa memilihnya, lebih banyak becandaan, tetapi serius, bahwa K-ner ini memang layak. Tentu saja bukan kemudian bahwa yang lain tidak layak, simpulan sembrono jika demikian.
Mengapa Felix Tani? Saya khawatir mati, sebelum tahu kalau Mas Poltak belum juara Knival. Lha K-reward mau beli sate, eh soto saja dulu sampai ngiler tidak kelakon. Lha kan tidak tega, pas itu, saya dapat gede pula.Kkan kurang ajar.
Entah siapa yang menasbiskan jadi guru, atau suhu, tapi tiba-tiba nongol begitu saja artikel yang mengaku bahwa Kner Felix Tani itu suhu lemot dan memiliki tiga murid yang hebat. Yo terserah saja namanya juga klaim, wong mengaku cucu nabi saja boleh kog, asal tidak mengaku cucu Yesus, selengkapnya bisa dilihat di sini.
Salah satu Kner yang paling banyak berinteraksi dengan membuatkan artikel adalah Suhu Poltak ini. Becanda dan saling ledek, Â pernah dalam sehari, tema saya ada lima artikel yang nangring di NT karena perbuatannya, dan rekan lain ikut. Seru dan tanpa nada yang lain. Pokoknya ramai dan meriah, komentar saling balas, artikel pun demikian.
Tapi lucu, dijadikan teman sekian lama diam saja, baru akhir-akhir ini Mas Poltak itu berkawan dengan saya. Aneh dan apa ya naif sekian lama ngeledek baru berkawan. Ya pokoknya biar saja, asal seru dan kadang saru juga.
Kan kasihan kalau gak menang juga, kalau tidak salah, hanya Prof Poltak dan Bang Katedrarajawen yang masuk kasepuhan dan bisa eksis di era 2021. Bayangkan saja Prof Peb sudah hilang ditelan Sui Ambawang, atau Mpok Mike yang entah ke mana. Mereka sama sekali tidak pernah lagi nonggol, padahal itu angkatan yang berdekatan.
Ternyata Prof Poltak itu menjalani apa yang ia tuliskan sebagai ajaran, bagaimana ia bertekun dan berbuah pada akhirnya. Masuk nominasi saja belum cukup lah, selayaknya untuk menjadi the best-nya. Pelajaran berseri penelitiannya meskipun tidak paham, toh upayanya untuk menyederhanakan layak mendapatkan jempol.
Humornya sangat berkelas, level master, dan layak ikut stand up comedy. Mau politik, pendidikan, humaniora bisa ia kemas dengan apik dan menyenangkan. Tidak menyakitkan, pantas ia menilai saya nyelekit, ha..ha...
Belum lagi jika sudah keluar sindiriannya, kepedasan lombok rawit saja kalah. Cek sendiri soal soto Mas Karyo-nya itu. Level dewa cara menyentil yang elok. Tidak heran sindiran pun bisa HL-AU. Jauh lebih dulu biru dari pada saya yang sangat hijau, kan aneh kalau belum juga jawara.