Andi Arief Bapilu, Sugik Nur, dan Pilihan Politis
Cukup kaget, ketika Andi Arief sebagai ketua Bapilu Partai Demokrat menyarankan NU untuk memaafkan Sugik Nur. Mengapa? Ada beberapa hal yang patut dicermati.
Pertama, kasus Sugik Nur ini bukan hanya sekali dua kali, namun  berkali-kali. Penjara pun pernah ia huni dengan kasus yang identik. Artinya, dia tidak ada itikad baik untuk berubah dan bebenah atas materi ceramahnya. Pemaafan itu bisa terjadi karena khilaf, bukan berulang.
Kedua, ini soal ormas besar dan juga mewakili pihak-pihak yang selama ini telah dilecehkan oleh Sugik Nur. Tidak semata NU sebagai ormas dengan segala jaringannya, namun juga menjadi pembelajaran dari pihak lain yang hanya mendiamkannya selama ini.
Ketiga, aneh dan lucu, membela seorang yang terbiasa mengeluarkan kata-kata buruk dalam banyak kasus, dengan mengatasnamakan NU akan dicatat dalam sejarah. Sangat tidak tepat, mengapa? Ini persoalannya Sugik Nur sudah merembet ke mana-mana, memiliki pengikut fanatis yang perlu juga dibina dan dididik bukan dengan pemaafan.
Keempat, apakah Andi Arief akan menjamin jika Sugik Nur akan berubah dan menjadi lebih baik? Jika tidak, bahaya bagi keberadaan NU dan juga Sugik Nur. Cara ia berceramah itu ngaco, ngawur, dan seenaknya sendiri.
Kelima, melihat postingan Andi Arief jelas adalah politis. Pemain politik, bapilu lagi, tentu demi suara di 2024. Menjadi aneh dan lucu apa yang Andi Arief lakukan selama ini malah cenderung mencemarkan bukan menenarkan keberadaan Demokrat. Beberapa hal yang bisa dilihat.
Mengnacam Mahfud MD mengatakan siapa yang menjadi dalang rusuh UU Cipta Kerja, padahal  sama sekali tidak ada yang menyinggung Demokrat. Reaksinya berlebihan, berbeda jika Airlangga mengatakan parpol D, atau pernah memimpin negeri ini. Wong sama sekali tidak ada rujukan ke arah sana.
Seolah malah mereka mengaku, dan menjadi bulan-bulanan media dan netizen. Belum lagi soal laain yang masih membelit mereka. Ini bumerang, bukan senjata yang baik.
Lumayan memang dengan mencoba memihak buruh, ada harapan suara buruh cukup gede dan signifikan. Â Lha kali ini malah mendukung Sugik Nur berhadapan dengan NU. Basis massa mana lebih gede itu jelas penting.
Partai politik itu membutuhkan pemilih. Berapa sih yang ada pada barisan Sugik Nur? Berbeda ketika itu Rizieq Shihab, atau Gatot dan KAMI misalnya. Lha ini malah NU yang merasa sedang panas bisa membuat keputusan yang membuat Demokrat lebih kalang kabut.